Minggu, 07 November 2021

Alien 101 Webinar


Mendampingi rekan Ufolog, Nugy, membahas mengenai fenomena Aliens dalam studi Ufologi, sebagai bagian rangkaian acara menuju reunian 30 tahun ITB '92 di tahun 2022 nanti.

Jumat, 28 Oktober 2016

Anjuran bersifat skeptis dalam Islam


Pernah dengar istilah tabayyun? Istilah ini merupakan bukti kalau Islam menganjurkan sikap skeptis (skepticism) -- tapi dengan catatan -- "skeptis" yang seperti apa?

Loh memang skeptis itu artinya apa? Memangnya ada arti lain dari skeptis selain tidak percaya?

Ada dong! Baca terus ya.

Tabayyun dan Tatsabut

Pertama-tama yuk kita simak firman Allah swt. yang melandasi definisi (dan perlunya) sikap tabayyun:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti ("tabayyun"), agar kalian tidak menuduh suatu kaum dengan kebodohan, lalu kalian menyesal akibat perbuatan yang telah kalian lakukan.” (QS. Al Hujurat : 6).
Jadi kalau merujuk firman Allah swt, maka tabayyun bisa kita tafsirkan sebagai memeriksa teliti dahulu suatu berita sebelum mempercayainya, atau "menunda percaya sebelum memeriksa dengan teliti."

Kemudian pernah dengar juga istilah tatsabut? Istilah ini memiliki sifat yang komplementer terhadap tabayyun, yaitu "bersikap kritis".

Yuk kita simak juga definisi tabayyun dan tatsabut menurut Imam Asy Syaukani rahimahullah:
“Yang dimaksud dengan tabayyun adalah memeriksa dengan teliti dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa dan kabar yang datang, sampai menjadi jelas dan terang baginya.” (Fathul Qadir, 5:65).

Skeptis dan Skeptisme 

Sekarang mari kita simak arti skeptis, yang banyak orang maknakan sekedar padanan kata dari "tidak percaya."

Dalam konteks yang lebih luas, skeptis adalah sifat dari mereka yang menganut paham skeptisme. Walaupun inti dari kata skeptis adalah "tidak percaya," namun jika kita lihat arti kata skeptisme (skepticism) maka ada kondisi khusus yang menjadi syarat dari ketidak percayaan ini:
"Skepticism is the method of suspended judgment, systematic doubt, or criticism characteristic" (Mirriam-Webster Dictionary)
Jika kita simak definisi skeptisme tersebut, maka bisa kita lihat kalau skeptis itu bukanlah "tidak percaya" tapi menunda (suspend) penilaian (judgment) alias "tidak langsung percaya," yang juga disamakan sebagai karakter dari sifat kritis (criticism characteristic).

Sekarang kita simak juga definisi dari Skeptis.org:
"Skeptis adalah sikap untuk meragukan kebenaran sesuatu yang bersifat mengandung informasi." (Skeptis.org)
Dan penjelasan lanjutannya:
"Orang yang skeptis adalah orang yang kritis dan tidak langsung percaya terhadap suatu klaim (yang ajaib biasanya) dan selalu mempertanyakannya" 
Jadi kalau kita perhatikan, istilah skeptis selalu disandingkan dengan kata 'menunda', dan sikap kritis. Dengan demikian makna kata skeptis bukan "tidak percaya, titik!" tapi lebih kepada "tidak langsung percaya."

Adapun sikap "tidak langsung percaya dan bersikap kritis" dari skeptisme ini, adalah penjelasan yang nyaris sama persis dengan makna dari kata "tabayyun dan tatsabut" di awal tulisan ini.

Dengan demikian, bisa disimpulkan juga kalau definisi dari skeptis adalah:
"Tidak langsung percaya sebagai bagian dari bersikap kritis." (Bayu Amus)

Skeptisme dalam Ufologi

Adapun dalam studi Ufologi, sesuai kegiatannya mempelajari fenomena UFO dengan tujuan menguak identitas apa dan siapa yang berada di balik fenomena ini, maka sikap skeptis ini harus diutamakan. Seorang Ufolog tidak boleh langsung percaya kabar apapun sebelum secara kritis memverifikasi kebenaran berita tersebut. (byms)

Referensi:
- http://www.muslimdaily.net/opini/wawasan-islam/tatsabbut-dan-tabayyun.html
- http://www.merriam-webster.com/dictionary/skepticism
- http://www.skeptis.org/beda-skeptis-dan-pesimis/
http://www.keepcalmandposters.com/poster/5439692_keep_calm_and_tabayyun_on

Creative Commons

Selasa, 07 Mei 2013

UFO: Jejak mahluk cerdas sebelum Adam as.

Dalam studi Ufologi, UFO umumnya dianggap sebagai pesawat antariksa buatan Alien: mahluk cerdas yang berasal dari luar Bumi. Adapun dalam dunia Islam fenomena UFO & Alien jarang dibahas karena tidak ditemukannya ayat-ayat yang secara langsung menjelaskan keberadaan mereka, sebagian menganggapnya sebagai Jin, dengan anggapan Allah swt. hanya menciptakan Jin dan Manusia sebagai mahluk cerdas yang berakal dan diberikan "free will," termasuk nafsu.

Akibatnya banyak ulama Islam lebih condong menganggap fenomena kemunculan UFO sebagai peristiwa paranormal, terkait tipuan Iblis untuk menyesatkan manusia, sehingga tidak dipelajari lebih lanjut.

Namun jika kita telaah lebih mendalam, maka akan kita dapatkan bahwa Al-Qur’an sebenarnya banyak memuat informasi mengenai keberadaan Alien, sebagai mahlukNya yang juga cerdas dan bersifat netral: bisa beriman bisa tidak, bukan antek Iblis, apalagi halusinasi atau tipuan Setan.

Jadi siapakah sebenarnya Alien, yang dikabarkan telah mengunjungi Bumi ini, jika ditinjau dari sudut pandang Islam? Mari kita telaah bersama-sama.

Pertama perhatikan ayat berikut ini:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS 02:30).
Jika kita perhatikan tafsir tersebut, maka muncul suatu pertanyaan di sini; bagaimana caranya malaikat bisa menebak sifat manusia akan begini begitu, padahal manusia baru akan dibuatNya? Menjawab pertanyaan ini M. Quraish Shihab di dalam bukunya “Tafsir Al Misbah” mengungkapkan bahwa ayat ini bisa berarti tiga hal[1]:

  1. Malaikat berasumsi hal buruk akan terjadi, karena bukan mereka yang ditugaskan menjadi khalifah
  2. Secara tata bahasa, akar kata “khalifah” sendiri memiliki makna pelerai perselisihan dan penegak hukum, sehingga secara otomatis mengindikasikan akan ada masalah besar yang perlu dilerai dikemudian hari
  3. Sebelum manusia diciptakan, telah ada mahluk yang berlaku sedemikian: membuat kerusakan pada planet tempat tinggalnya, serta menumpahkan darah 
Menelaah kemungkinan-kemungkinan tersebut, mari kita telusuri satu persatu.

Malaikat berasumsi mahluk apapun selain mereka akan membawa malapetaka?

Semua mahluk Allah adalah “creature of habit”, dalam artian memiliki karakter tertentu yang konsisten dari waktu ke waktu, begitu juga halnya dengan malaikat. Berdasar konsistenti ini, apakah betul sifatnya Malaikat untuk suudzon (berburuk sangka), dan menerka-nerka suatu perkara yang baru akan terjadi?

Ayat berikut bisa memberikan pencerahan:
“Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS 02:32)
Ayat tersebut mengungkapkan bahwa malaikat berada dalam kesadaran penuh mereka hanya mengetahui apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka, jadi sewajarnya mereka tidak akan menerka-nerka mengenai sifat dari Adam as (dan keturunannya).

Mengenai kemungkinan bersuudzon pun, sebagai mahluk yang mengenal Allah secara langsung, sangat tidak mungkin malaikat meragukan kebijaksanaan Allah swt.

Malaikat menafsirkan arti kata Khalifah?

Karena aktivitas penafsiran pun melibatkan proses berasumsi, dan ini bukan sifatnya malaikat, maka kemungkinan inipun bisa ditepis.

Malaikat mengetahui masa depan?

Masa depan adalah suatu kejadian yang masih ghaib bagi manusia, termasuk bagi malaikat. Ada sebagian pihak yang berpendapat kalau malaikat berujar demikian karena bisa melihat ke masa depan apa yang akan terjadi, namun dalam beberapa kesempatan Allah swt dan Rasulullah saw mengindikasikan kalau tiada seorangpun tahu hal yang ghaib, kecuali Allah swt.

Malaikat melakukan stereotyping

Dengan lemahnya kemungkinan pertama dan kedua, maka kemungkinan yang paling tinggi dari ayat ini, yang relatif jarang ditelusuri, adalah kemungkinan ketiga dimana malaikat pada saat itu sedang melakukan stereotyping terhadap sesuatu yang mereka anggap kepastian, atau telah mereka ketahui:
“..suatu kepercayaan yang terlalu disamaratakan, dan tetap, mengenai suatu kelompok atau kelas masyarakat tertentu.” (Cardwell, 1996).[2]
Adapun stereotyping hanya mungkin dilakukan atas sesuatu yang telah ada, dengan demikian hal yang diungkapkanNya melalui QS 02:30 ini adalah keberadaan mahluk serupa Adam as, yang telah ada sebelum beliau diciptakan.

Bukankah Adam as Manusia Pertama di Alam Semesta?

Quran tidak pernah menyatakan secara tersurat bahwa Adam as. adalah manusia pertama di alam semesta. Adapun pendapat ini muncul dari anggapan QS 02:30 berbicara mengenai penciptaan Adam as sebagai manusia pertama, serta Bani Adam itu unik dan satu-satunya berdasar pemahaman atas cuplikan ayat berikut:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS 95:04)
Ayat ini seringkali dijadikan dasar pendapat bahwa bahwa manusia adalah mahlukNya yang terbaik, sempurna, sehingga unik, dan hanya satu-satunya di alam semesta. Sebagai konsekuensinya, muncul suatu pemahaman bahwa QS 02:30 adalah kali pertama Allah menciptakan mahluk dengan bentuk manusia di alam semesta.

Padahal QS 02:30 hanya menyatakan Allah akan menciptakan manusia sebagai khalifah di Bumi, bukan pertama kalinya Allah merancang mahluk dengan bentuk seperti Adam. QS 95:04 pun hanya menyatakan sangat baiknya rancangan “bentuk” Bani Adam ini.

Apakah ini berarti sebelum ada Adam as., Allah swt pernah mencipta mahluk lain berwujud mirip manusia di suatu tempat di alam semesta? Tanpa perlu menjelajah ke ujung angkasa pun, di Bumi para ahli arkeologi sudah mendapatkan jawabannya.

Manusia purba

Dari dunia arkeologi, kita ketahui banyak ditemukan sisa-sisa mahluk berwujud manusia tersebar di aneka penjuru dunia. Di Indonesia sendiri ditemukan beberapa jenis, misalnya: “Java Man”[3] atau phitecantropus erectus yang ditemukan Eugène Dubois dari daerah Solo pada 1891, juga Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald yang menemukan kerangka “Solo Man”[4] Homo erectus soloensis pada 1931-1933.

Semuanya memiliki desain dan perawakan fisik mirip manusia modern, hanya berbeda dari beberapa detail misalnya: ukuran tubuh, struktur tulang, dan volume otak.

Dunia sains mengelompokkan mereka sebagai manusia prasejarah atau manusia purba. Adapun manusia seperti kita yang hidup saat ini, dikelompokkan sebagai Homo Sapiens Sapiens, atau istilah populernya “manusia modern”.

Menilik tingkat kecerdasan Adam as sesuai penggambaran Quran sebagai mahluk cerdas, maka beliau lebih mungkin sebagai spesies pertama dari homo sapiens sapiens, alias manusia modern, bukan manusia purba.

Ditambah dengan kepercayaan Islam bahwa manusia tidak berevolusi dari sejenis lemur purba seperti yang diusung teori evolusi Darwin, maka bisa dipastikan kalau manusia purba pun salahsatu mahluk ciptaan Allah swt.

Keberadaan manusia purba adalah bukti bahwa desain bentuk Adam as tidaklah unik, ataupun merupakan desain “manusia” pertama di alam semesta.

Hanya Allah swt yang mutlak unik

Walaupun dunia sains betul mengkonfirmasi bahwa desain homo sapiens sapiens adalah yang paling canggih dibanding jenis manusia purba manapun, namun ia lebih merupakan penyempurnaan, sehingga tidaklah mutlak unik dalam artian tidak ada mahluk lain menyerupai Adam as.

Hal inipun sesuai dengan kepercayaan bahwa yang mutlak unik hanyalah Allah swt., sesuai sifatNya mukhalafatu lil hawaditsi: tidak menyerupai, atauupun mirip dengan mahlukNya. Hanya Allah lah yang mutlak unik.

Karena manusia tidak mungkin mutlak unik, dengan demikian QS 95:04 lebih bicara mengenai kesempurnaan diantara desain yang serupa, ibarat pabrik Volswagen (VW) mengeluarkan New Beetle, yang merupakan penyempurnaan dari desain VW Beetle tahun 70an.

Adapun kelebihan Adam dan keturunannya, bukan terletak pada desain bentuknya namun lebih kepada soft skill yang dimilikinya, atau kualitas non-fisik.

Kelebihan Adam atas manusia purba (dan kebanyakan mahluk lainnya)

Ayat QS 02:30 adalah pernyataan Allah swt akan menciptakan Adam, sebagai ras pertama dari homo sapiens sapiens di Bumi, dengan kelebihan tertentu yang menyebabkan Adam as mendapat status khusus dibanding sebagian besar mahluk ciptaanNya, seperti tersurat dalam ayat berikut:
“… dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS 17:70) 
Kelebihan apakah yang dimaksud? Dunia sains anggap perbedaan ini terletak pada kemampuan manusia berpikir, menyadari eksistensi dirinya, dan memiliki budaya. Adapun menurut sebagian ulama, kelebihan yang dimaksud adalah ditiupkannya Ruh special yang Allah swt sertakan ke dalam diri manusia:
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." (QS 38:72)
Sebagian lainnya menganggap kelebihan ini terletak pada diajarkannya “nama-nama seluruhnya” alias terkait dengan penguasaan ilmu alam:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS 02:31)
Apapun itu, kelebihan inilah yang membuat manusia bisa memiliki derajat lebih tinggi dari malaikat sekalipun, namun bisa juga menyebabkan derajatnya di hadapan Allah swt sangat-sangat rendah, tergantung amal-amalannya.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS 95:04-06)
Jika Adam bukanlah mahluk berwujud manusia pertama yang Allah ciptakan, mungkinkah ada “manusia” lain yang pernah Allah ciptakan sebelum Adam as? Yang berwujud seperti kita, sekaligus memiliki tingkat kecerdasan yang kita miliki?

Ataukah QS 02:30 menggambarkan malaikat melakukan stereotyping atas manusia purba?

Manusia purba atau mahluk secerdas manusia?

Mari kita tilik ulang kekhawatiran malaikat di ayat tersebut. Dua karakter yang mereka utarakan adalah: “membuat kerusakan”, dan “menumpahkan darah”. Dengan asumsi kala itu malaikat melakukan steretotyping, maka mahluk yang dijadikan panduan stereotyping inipun haruslah memiliki sifat sedemikian: membuat kerusakan, dan menumpahkan darah.

Apakah manusia purba memiliki sifat-sifat ini?

Menilik sifat manusia purba yang diyakini memiliki tingkat kecerdasan rendah, dan umumnya baru menguasai teknologi sederhana untuk berburu atau bertahan hidup, maka perhatian utama mereka bisa dipastikan masih terfokus pada upaya bertahan hidup dan berketurunan agar tidak punah; bukan merusak alam. Dalam menumpahkan darah pun bukan dengan tujuan ekspansi kekuasaan atau ketamakan, tapi dalam upaya bertahan hidup.

Pada kenyataannya walaupun setiap harinya hewan-hewan saling membunuh di alam liar, tidak ada aktivitas mereka yang sampai membahayakan Bumi sehingga berpotensi merusaknya. Allah menciptakan alam ini dengan keseimbangan dinamis, sehingga bisa bertahan tanpa campur tangan manusia sekalipun.

Seringkali yang terjadi justru sebaliknya: manusialah yang merusak dan mengganggu keharmonisan alam dengan teknologi tinggi dan nafsu serakahnya. Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang kita tahu di Bumi ini, yang diketahui bisa mengakibatkan kerusakan dan bencana besar terhadap Bumi.

Dari sejarah pun kita ketahui bahwa kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, ditentukan juga oleh peperangan dan perluasan daerah kekuasaan. Dunia telah mengenal dua kali peperangan global yang mengakibatkan hilangnya jutaan nyawa, harta-benda, dan perusakan besar-besaran.

Kala Allah swt tidak membantah bahwa sifat manusia keturunan Adam as berbeda dari dugaan malaikat, namun hanya menyebutkan “sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”, bisa dipastikan mahluk yang malaikat jadikan dasar stereotyping pada QS 02:30 juga adalah mahluk secerdas manusia modern, bukan manusia purba.

Dengan kata lain, QS 02:30 betul menyiratkan mengenai telah adanya mahluk cerdas serupa manusia modern sebelum Adam as hendak diciptakan. Mahluk cerdas misterius ini pun menguasai teknologi tinggi seperti halnya kita sekarang ini.

Lantas jika betul demikian, di manakah para manusia sebelum Adam tersebut berada saat ini? Apakah mereka telah Allah musnahkan karena berlaku aniaya terhadap alam dan diri mereka sendiri? Atau sebenarnya masih ada?

Salahsatu petunjuk menarik datang dari studi Ufologi mengenai keberadaan UFO & Alien.

UFO & Alien

Selama puluhan tahun studi Ufologi ada, salahsatu kesimpulan yang didapat dari pengamatan dan bukti-bukti empiris adalah UFO itu fenomena yang nyata: berupa wahana terbang berteknologi tinggi, dengan jejak yang bisa teramati baik melalui penglihatan langsung, maupun alat (misalnya deteksi radar atau kamera infra merah); juga memiliki efek fisik semisal radiasi elektromagnetik dan sinar gamma, serta adaya jejak fisik pendaratan.

UFO seringkali teramati memiliki kemampuan kinerja yang jauh diatas kemampuan pesawat tempur paling modern sekalipun. Fenomena kemunculan UFO sendiri dipercayai telah ada sejak ribuan tahun lampau, seperti tercatat dalam lukisan-lukisan gua manusia purba. Atas kenyataan inilah para Ufolog berpendapat bahwa UFO tidaklah mungkin buatan manusia bumi.

Pihak yang diduga kuat sebagai pengendara dan pembuat UFO adalah mahluk cerdas berteknologi tinggi serupa manusia, yang kemudian secara popular diistilahkan sebagai “Alien”. Karena perbedaan wujud fisik dan perilaku penasarannya, Alien diduga kuat berasal dari planet di luar Bumi.

Sejauh ini ada setidaknya delapan jenis alien dengan perawakan fisik berbeda-beda yang pernah mengunjungi Bumi. Rata-rata memiliki perbedaan fisik yang cukup kontras, namun ada satu yang memiliki kemiripn tinggi dengan manusia Bumi, alien yang dikenal sebagai Nordics, atau Blonds.

Secara teknis, sebenarnya istilah yang lebih benar bagi pengendara UFO adalah “Ufonaut”. Istilah ini berarti “pengendara UFO”, tanpa diimbuhi klaim mengenai asal-usul mereka sebenarnya. Ufonaut bisa jadi Alien dari luar angkasa, bisa juga bukan. Namun demi kemudahan maka kita akan gunakan istilah Alien di sini.

Apakah Alien sebenarnya Jin atau Malaikat?

Dikarenakan paham bahwa mahluk cerdas yang Allah ciptakan hanyalah manusia, jin, dan malaikat, keberadaan alien seringkali dipaksakan untuk masuk sebagai salahsatu dari tiga tersebut.

Jika dari perbedaan fisik saja, Alien sudah jelas bukan manusia, lantas apakah mereka itu Jin? Pendapat inilah yang saat ini dianggap menjelaskan identitas para Ufonaut sebenarnya. Didukung dengan terbitnya buku-buku karangan Muhammad Isa Dawud, “Dialog dengan Jin muslim” dan “Dajjal akan datang dari Segitiga Bermuda”, Jin adalah kandidat kuat identitas Ufonaut sebenarnya.

Adapun menilik firmanNya mengenai karakter Jin, Quran menyatakan secara tertulis ciri utama kaum ini adalah tersembunyinya wujud asli mereka secara alamiah:
“… Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka …” (QS 07:27)
Jin juga dikabarkanNya terbuat dari materi yang berbeda dari manusia:
"...dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (Ar-Rahman 55:15) 
"...dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (Al-Hijr 15:27)
Sedangkan dari studi Ufologi diketahui bahwa umumnya alien memiliki tubuh fisik dan bisa terluka layaknya manusia biasa, juga kemampuannya menghilang didapat dengan bantuan teknologi, bukan kemampuan alamiah. Dengan demikian bisa disimpulkan Ufonaut bukanlah kalangan Jin.

Apakah Alien malaikat? Jika ya maka mereka tentu tidak memerlukan kendaraan (UFO) untuk melaksanakan tugasnya, ataupun ditugaskanNya meneliti kehidupan manusia. Apalagi melakukan hal-hal negatif semisal abduction (penculikan) dan cattle mutilation (mutilasi hewan ternak).
Bukankah Al-Qur’an menyatakan hanya ada tiga jenis mahluk cerdas di alam semesta ini?

Dalam Quran Allah menyatakan:
“Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”
Ayat ini sering diartikan sebagai pembatasan, bahwa karena yang dikenai kewajiban untuk beribadah (dan beragama) dalam ayat ini hanyalah Jin dan Manusia. maka ayat ini menyatakan tidak ada mahluk cerdas lain selain Jin dan Manusia.

Padahal lingkup ayat ini menyempit, bukan meluas, yaitu pernyataan Allah mengenai maksud diciptakannya Jin dan Manusia; bukan siapa saja mahlukNya yang diwajibkan beribadah. Buktinya malaikat tidak dinyatakan di sana, padahal malaikat beribadah siang dan malam.

Di beberapa ayat lain, Allah pun banyak memberikan petunjuk:
"Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS 16:8)
Dalam ayat tersebut Allah secara tersurat menyatakan bahwa ia menciptakan apa yang manusia ketahui (berdasarkan firman Nya maupun berdasar pengamatan alam), dan apa yang manusia tidak ketahui. Ayat ini membukakan kemungkinan bahwa Allah ada menciptakan mahluk cerdas lain, selain manusia, malaikat, dan jin; namun penciptaan ini tidak Allah kabarkan kepada manusia.

Adapun malaikat dan jin Allah sebut berulang dalam firman-firmanNya karena merekalah yang sangat dekat dengan keseharian manusia, memiliki keterlibatan tinggi dalam sejarah manusia, serta berpengaruh dalam pembentukan akidah manusia. Bukan karena hanya merekalah ciptaan Allah yang dikaruniai kecerdasan.

Lantas jika bukan manusia, jin, malaikat, dan tidak Allah kabarkan langsung mengenai keberadaannya, di manakah mereka berada?

Mahluk cerdas di luar angkasa

Sekarang mari kita perhatikan ayat berikut ini:
“Kepada Allah sajalah bersujud semua makhluk hidup yang berada di langit dan di bumi dan para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri”. (QS. 16:49)
Ayat tersebut menyatakan adanya mahluk hidup di langit dan bumi, yang bersujud (beribadah) kepada Allah, tapi bukan dari kalangan malaikat, karena para malaikat di ayat ini dinyatakan juga dengan tautan “dan”, mengindikasikan mereka dibahas sebagai kelompok yang berbeda.

Sedangkan alien kita ketahui bukanlah jin, atau malaikat, jadi yang dimaksudkan ayat ini sangat mungkin adalah mahluk cerdas yang tidak Allah jelaskan identitasnya kepada manusia, namun diberikanNya tuntunan beragama juga.

Kemudian kita perhatikan ayat berikut:
“Dan hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) ‘Man’ yang ada di langit dan di Bumi, baik dengan kemauan sendiri (taat), ataupun terpaksa, begitupula bayang-bayangnya (ikut sujud) di pagi dan petang hari” (QS 13:15)
Apakah itu “man” yang ada di langit, dan beribadah kepadaNya dalam keadaan terpaksa, serta berbayang-bayang? Malaikat tidak pernah beribadah dengan terpaksa, sedangkan Jin kita ketahui tidak memiliki bayang-bayang. Adapun indikasi adanya pilihan untuk taat maupun terpaksa, adalah ciri khas yang dimiliki mahluk cerdas.

Mungkinkah ayat-ayat tersebut berbicara mengenai Alien? Mari kita simpan kemungkinan ini sejenak, dan kita telaah sedikit informasi mengenai Alien dari sisi Ufologi.

Jenis-jenis alien

Dari pengamatan dan laporan saksi, diketahui ada setidaknya delapan jenis Alien yang telah mengunjungi Bumi, mereka ini adalah: Greys, Reptoids, Nordic, Hybrid, Insectoid, Elemental, Monster, dan Little Green Man (LGM). Dengan pengecualian pada Elemental, jenis alien lainnya memiliki bentuk fisik layaknya manusia dan hewan, bukan mahluk spiritual semisal Jin.

Menurut Sgt. Clifford Stone, seorang whistleblower mantan anggota AU AS, selama masa bertugasnya mereka telah mengetahui setidaknya ada 57 spesies alien yang berhasil didata oleh Project Moondust, satuan tempat ia bertugas dalam mengevakuasi UFO-UFO yang jatuh ke bumi.

Digambarkan berbadan kecil, kepala besar dan mata almond berwarna hitam, Greys adalah jenis Alien yang paling popular sehingga dianggap mewakili keseluruhan fenomena Aliens. Akibatnya, banyak orang juga menganggap bahwa Grey adalah satu-satunya jenis Alien.

Padahal kalau berdasarkan data, justru lebih banyak alien yang secara fisik sangat mirip manusia. Para alien yang mirip manusia ini kemudian Ufologi kelompokkan sebagai jenis Nordic, atau Blond, mengacu pada umumnya mereka memiliki rambut pirang. Berdasarkan laporan para contactee; mereka yang secara rutin berkomunikasi dengan alien, Nordic cenderung ramah, spiritualistic dan bermaksud baik.

Berpenampilan sangat mirip manusia, Nordic biasanya digambarkan memiliki postur fisik yang lebih tinggi dibanding rata-rata manusia, berambut pirang dan bermata biru; sangat mirip dengan manusia Bumi dari daerah Eropa utara, sehingga nama Nordic dianggap cocok.

Jenis alien Nordic sendiri sebenarnya beragam: ada yang berkulit kecoklatan, berambut hitam, atau memiliki tinggi yang sedang-sedang saja; namun semuanya seringkali digolongkan sebagai Nordic.

Greys sendiri, menurut banyak laporan justru dianggap sebagai ras Alien yang berbahaya karena kebiasaannya melakukan Abduction: peristiwa dimana Alien menculik manusia untuk dibawa naik UFO kemudian dilakukan serangkaian tindakan mirip uji medis terhadap mereka. Kala pemeriksaan telah selesai, para abductee atau korban abduction kemudian dikembalikan ke lokasi dimana mereka diculik dengan kondisi hilang ingatan sebagian (partial amnesia).

Banyak para abductee yang kemudian mengalami phobia disertai mimpi janggal namun berulang, sebagian bahkan memiliki jejak uji medis yang masih terlihat, atau malah terdeteksi memiliki sejenis implant yang ditanam di bagian tubuh mereka.

Ingatan korban mengenai peristiwa alien abduction ini, seringkali bisa dikembalikan secara bertahap melalui proses regression hypnosis. Adapun implant baru bisa terdeteksi melalui proses pemindaian medis semisal MRI dan Rontgen.

Dari manakah Alien berasal?

Dari laporan para contactee dan abductee, didapat informasi para alien mengaku berasal dari tempat-tempat yang jauh di luar angkasa, namun memiliki pangkalan di planet-planet di tata surya.

Di antara lokasi yang sering disebut-sebut sebagai tempat asal mereka adalah Zeta Reticuli (Greys), dan Pleiades (Nordic). Walaupun semua klaim tersebut belum bisa sains buktikan, saat inipun para ilmuwan sudah bisa mendeteksi adanya 859 planet di luar tata surya kita. Adapun planet terdekat yang bisa mendukung kehidupan, diperkirakan berada pada jarak relatif dekat, yaitu 13 tahun cahaya saja.

Hanyalah soal waktu sebelum kita bisa benar-benar mengkonfirmasi bahwa di luar sana betul terdapat planet serupa bumi, bisa dihuni manusia, dan mungkin saja berpenghuni.

Apakah Alien beragama?

Sesuai firman Allah bahwa ia mengutus seorang pemberi peringatan (nabi) pada setiap kaum, apakah Allah pun lantas turunkan kewajiban beriman dan beragama kepada para alien?
“… dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.” (QS 13:7)
Diluar dari segala klaim yang bermunculan bahwa Alien tidak beragama, Alien lebih spiritual dibandingkan relijius, atau bahkan Alienlah yang menciptakan manusia, ada satu penampakan yang sering luput dari pengamatan Ufolog dan dunia luas, yaitu kesaksian dari Sid Padrick:

7 Maret 1965 sekitar pukul 3 pagi.

Saat berjalan-jalan malam di pantai La Selva, San Francisco, Padrick yang memiliki rumah di tepi pantai itu mendengar suara siulan nyring dari arah atas. Saat ia melihat ke langit tampaklah sebuah UFO berukuran besar, berbentuk seperti dua mangkuk sup bulat disatukan.

Padrick berlari menuju rumahnya dengan sangat ketakukan hingga merobek ligament lututnya. Namun ketika sudah dekat rumah, Padrick dikejutkan suara nyaring, memintanya untuk tidak takut karena mereka (Ufonaut) bermaksud baik. Padrick pun kemudian diundang naik ke UFO tersebut dan diajak berkeliling pesawat oleh alien yang menamakan dirinya “Xeno”.

Satu hal yang unik dari pengalaman Sid Padrick ini adalah, ditemukannya ruangan dalam UFO tersebut dengan fungsi untuk beribadah. Berikut terjemahan kesaksiannya dari buku “Above Top Secret” tulisan Timothy Good:

"Sid Patrick dibawa ke sebuah ruangan yang disebut oleh para pendatang (Ufonaut, red.) sebagai "ruang konsultasi". Efek warna dari ruangan ini tidak sanggup ia gambarkan.

'Apakah anda mau memberikan penghormatan pada Yang Maha Kuasa?', begitulah pertanyaan yang terlontar (dari Xeno)".

"Ketika ia mengatakan ini saya hampir pingsan. Saya bahkan tidak tahu bagaimana harus menerimanya. Saya katakan padanya, 'Kami memilikinya juga, namun kami memanggilnya Tuhan. Apakah kita bicara mengenai hal yang sama?'

Xeno pun menjawab, 'Memang hanya ada satu.'... Jadi saya berlutut dan melakukan do'a saya yang biasanya... Hingga malam itu saya tidak pernah merasa kehadiran Tuhan - namun saya dapat merasakan Nya di malam itu."

Dari kesaksian Sid Padrick tersebut kita ketahui bahwa ternyata Alien pun ada yang percaya keberadaan Tuhan dan secara aktif melakukan ibadah, sehingga bisa kita simpulkan Alien pun ada yang beragama.

Lebih dari itu, dari kesaksian Sid Padrick ini kitapun tahu bahwa agama Xeno, alien yang ia temui bersifat monotheistic, hanya percaya satu Tuhan, seperti halnya agama-agama Samawi yang Allah turunkan di Bumi.

Dengan demikian sangatlah mungkin Allah pun telah mengutus para pemberi peringatan kepada kaum Alien, walaupun dari perbedaan keimanan antara satu dengan lainnya mengungkapkan suatu kemungkinan bahwa tidak lantas semuanya otomatis mau menerima.

Bagaimana dengan isyu mengenai Alien itu atheis, atau bahkan adalah Tuhan? Sebagaimana halnya manusia di Bumi, keimanan manusia pun berbeda-beda, mulai dari yang agnostic atheis (tidak beragama tidak percaya Tuhan), gnostic atheis (percaya Tuhan ada, tapi tidak mau beragama), dan gnostic theis (beriman dan beragama). Kemudian selayaknya mahluk cerdas, Alien pun sangat mungkin memiliki kepribadian yang kompleks, termasuk kecenderungan untuk tidak mengungkap fakta yang sejujur-jujurnya mengenai diri mereka, serta melakukan disinformasi karena alasan strategis atau agenda tersembunyi.

Apakah Allah memberikan kelebihan kepada Alien sehingga mampu membuat UFO?

Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Yang pasti kelebihan manusia atas kebanyakan mahluk ciptaanNya lebih terletak pada potensinya beriman dibanding dengan penguasaan teknologi. Karena itulah yang Islam utamakan, sebagaimana di Hari Akhir nanti Allah akan menghisab amal dan perilaku manusia, bukan kemampuannya menguasai teknologi.

Alasan yang sangat mungkin, mengenai kecanggihan teknologi yang dimiliki para Alien ini, lebih terkait kepada umur peradaban mereka yang lebih tua, bukan karena modal dasar tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Ibaratnya seorang lulusan sarjana dengan tingkat IQ rata-rata saja tetap akan tahu dan mengerti lebih banyak dari anak berusia 5 tahun, walaupun IQ si anak termasuk jenius.

Jika dalam umur peradaban baru beberapa ribu tahun saja, kita sudah bisa mengirimkan satelit ke planet Mars, kira-kita apa yang akan kita capai dalam satu juta tahun mendatang?
"Apakah artinya bagi suatu peradaban untuk berusia satu juta tahun? Kita telah memiliki teleskop radio dan pesawat ruang angkasa selama beberapa puluh tahun; peradaban teknik kita berusia beberapa ratus tahun ... suatu peradaban maju berusia satu juta tahun itu lebih maju dari kita, sebagaimana kita lebih maju daripada seekor monyet." Carl Sagan[5]
Memang seberapa tuakah peradaban para aliens ini sebenarnya?

Kita ambil contoh misalnya, berdasarkan pemetaan genetika manusia modern diketahui bahwa manusia pertama, atau “Adam dan Hawa versi sains” muncul di Afrika sekitar 200,000 tahun lampau.

Jika perkiraan dunia sains ini benar, dan jika apa yang malaikat khawatirkan di QS 02:30 sudah terjadi dan dilakukan Alien serupa manusia pada masa itu, berarti mereka telah Allah berikan waktu start lebih awal setidaknya sekitar 200,000 tahun dari manusia. Atau lebih tua lagi karena kita tidak tahu seberapa lamakah Adam tinggal di Surga sebelum akhirnya turun ke Bumi, pun kita tidak tahu seberapa canggihkah perkembangan teknologi Alien serupa manusia tersebut pada saat Adam as Allah ciptakan.


Bisakah anda bayangkan pencapaian teknologi manusia (bumi) dalam 200,000 tahun mendatang? Saat dalam dasawarsa inipun kita sudah berencana mengirimkan misi manusia ke planet Mars? Rasanya bukan hal mustahil kitapun kelak akan mampu ciptakan UFO sendiri dan melakukan perjalanan antar bintang, hanya soal waktu.

Jadi Al-Qur’an indikasikan keberadaan Alien & UFO?

Dengan asumsi apa yang malaikat lakukan pada QS 02:30 adalah stereotyping, dan kita temukan dalam ayat-ayat lainnya mengenai adanya dabbah dan “man” yang hidup di luar angkasa, maka keberadaan Alien bukanlah suatu kemustahilan.

Dengan fisik mirip manusia, kecerdasan yang tinggi, usia peradaban yang jauh lebih tua, berasal dari planet lain, dan Allah sampaikan juga syiar Agama, maka mungkinkah para alien ini mereka yang diindikasikan keberadaannya melalui QS 16:49 dan QS 13:15?

Mungkinkah ras yang studi Ufologi kenal sebagai Alien Nordic adalah referensi malaikat kala melakukan stereotyping di ayat QS 02:30?

Menurut penulis sangat mungkin, namun kebenaran sesungguhnya tentu berada di tangan Allah swt. Walahualam. (byms)

Bayu Amus adalah pemerhati fenomena UFO, salahsatu pendiri BETA-UFO Indonesia (@betaufo), dan penggagas forum diskusi IslamicUFO.org (@islamicufo).

Referensi:
[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Buku 1, hal 172-173
[2] McLeod, S. A. (2008). Stereotypes. Retrieved from http://www.simplypsychology.org/katz-braly.html
[3] Java Man, http://en.wikipedia.org/wiki/Java_Man
[4] Homo Erectus Soloensis, http://en.wikipedia.org/wiki/Homo_erectus_soloensis
[5] Star Makers, http://www.cosmosmagazine.com/features/star-makers/

Selasa, 05 Februari 2013

Sceptic, Debunker, dan Pelicanist

Dalam dunia Ufologi, dikenal adanya pihak pemerhati dan pembantah UFO. Jika pengamat UFO adalah mereka yang percaya fenomena UFO nyata, kemudian menelitinya untuk mencari tahu kebenarannya, maka pembantah UFO adalah mereka yang percaya fenomena UFO tidak nyata, dan secara aktif "membongkar" kasus-kasus penampakan UFO sebagai kesalahan identifikasi.

Para pihak pembantah UFO ini biasanya dikenal dengan beberapa istilah: skeptic, debunker, dan pelicanist, berikut ini penjelasannya:

Skeptic

Menurut Bernard Haisch, istilah skeptic sejatinya ditujukan kepada "seseorang yang percaya pada tuduhan bahwa apa yang kita anggap sebagai pengetahuan belum tentu pasti, menunda penilaian, dan bersedia menyelidiki bukti-bukti baru."

Namun demikian yang sering dilakukan oleh mereka yang menyebut dirinya "UFO Skeptics", justru sangat berbeda: Nyaris semua kritikan mereka berisi olok-olokan, membodoh-bodohkan, ad hominem (serangan pribadi), serta klaim luar biasa berdasar dogma yang mereka percayai.

Namun diluar dari keyakinan mereka tersebut, umumnya para UFO Skeptics adalah mereka yang tak mau repot-repot menyelidiki bukti kasus, karena merasa sudah yakin UFO tidak ada.

Ini seperti ulangan modern dari masa kala para Cardinal menolak melihat melalui teleskop Galileo karena mereka merasa telah diberitahu kebenarannya sedari dulu (bahwa Matahari mengitari Bumi, pen.). Yang cukup menarik, banyak dari para skeptic yang  paling vokal justru bukanlah ilmuwan yang aktif berpraktik. (01)

Di sisi lain, seorang pemerhati UFO sendiri biasanya adalah juga seorang skeptic, dalam artian tidak akan secara tergesa-gesa menyimpulkan semua kasus penampakan UFO sebagai valid, namun memilih untuk melakukan penelitian berdasarkan bukti-bukti yang didapat dahulu, baru kemudian mengambil kesimpulan.

Untuk membedakan antara pemerhati UFO yang skeptic, dengan pembantah UFO yang menganggap dirinya skeptic, Erin Ryder host dari serial Chasing UFOs di National Geographic channel mengeluarkan istilah "skepliever"; a skeptic believer.

Debunker

Debunker pada dasarnya adalah para skeptic garis keras: mereka yang secara dogmatis percaya UFO tidak ada, dan secara aktif "membongkar" kasus-kasus penampakan UFO, menjelaskan penampakan UFO apapun yang mereka bongkar sebagai kesalahan identifikasi.

Biasanya kasus apapun yang para debunker selidiki akan berujung pada kesimpulan bahwa UFO tak nyata, halusinasi, Bulan, planet Mars, gas rawa, balon cuaca, atau kombinasinya.

Namun demikian, dalam praktiknya para debunkers yang paling meyakinkan sekalipun biasanya mengesampingkan satu atau dua fakta untuk bisa membuktikan fenomena UFO tidak nyata.

Satu hal yang paling sering dipertanyakan para UFO Skeptic dan debunker adalah, "Jika betul fenomena UFO nyata, mengapa tidak ada buktinya?" Menjawab hal ini Hynek dulu sering menjawab dengan sinis: "mau saya kirim ke mana truk nya?"(02)

Perlu diketahui J. Allen Hynek sendiri awalnya adalah seorang debunker, yang menganggap fenomena UFO tak lebih sekedar histeria massa era paska Perang Dunia II. Namun setelah 20 tahun terlibat dalam Project Blue Book, dari 12,500an kasus yang ditelitinya ia secara konsisten menemukan kasus-kasus menarik yang setelah diselidiki cermat pun tidak bisa dijelaskan sebagai kesalahan identifikasi, atau tipuan. Hynek sendiri malah kemudian berbalik menjadi seorang yang percaya fenomena UFO nyata, dan seorang ilmuwan perintis yang memberikan Ufologi kerangka untuk berpikir ilmiah.

Pelicanist

Jerome Clark dalam bukunya Strange Skies (2003, p. 35) mendefinisikan "pelicanist" sebagai
"Seseorang yang mengajukan solusi yang sangat sulit dipercaya terhadap penampakan UFO yang membingungkan." 
Istilah ini tidak sama dengan skeptic; dengan kata lain skepticism mengenai UFOs tidaklah pasti tidak beralasan dalam prinsipnya, walaupun kadangkala dalam praktiknya demikian. Seorang skeptic menjadi seorang pelicanist hanya pada keadaan yang terakhir (03).

Pelicanists bukanlah debunker casual (seperti misalnya umumnya ilmuwan skeptical, dan jurnalis) namun sebagai mereka yang mengetahui subyek, dan aktif dalam komunitas UFO. Istilah pelicanist aslinya ditujukan pada James Easton, yang mengajukan dan dipertahankan dengan kukuh, gagasan yang tidak bisa dipertahankan secara ilmiah, bahwa yang disaksikan Kenneth Arnold bukanlah sejenis pesawat terbang, namun burung pelican. Penjelasan para pelicanist cenderung berupa klaim luar biasa, tersembunyi sebagai penjelasan yang seakan biasa.

Cultist

Selain dari pemerhati dan pembantah, sebenarnya ada masih satu pihak lain, pemuja UFO: mereka percaya UFO datang dengan suatu maksud tertentu, atau sebagai bukti pendukung apapun itu yang mereka percayai, walaupun tanpa dukungan bukti, ataupun banyaknya bukti yang malah bertentangan.

Namun berbeda dengan mereka para pemerhati dan pembantah UFO, umumnya cultist tidak mendasarkan argumen mereka kepada sains ataupun logika, tapi kepada dogma yang diajarkan pemimpin cult mereka. (byms)

01. http://www.cohenufo.org/beskep_Haisch.html
02. http://www.hyper.net/ufo/skeptics.html
03. http://www.hyper.net/ufo/vs/m17-058.html

Kirain UFO, ternyata roket China

Tadi bada subuh lihat traveling star, warna sinarnya putih, sekitar pukul 05:45 WITA, awal terlihat sedikit di bawah Arcturus (Alpha Bootis), dan fade out di bawah Alphekka (Alpha Coronae Borealis), lama penampakan sekitar 7 detik, lintasan sepertinya lurus dengan kecepatan konstan.

Tingkat kecerahan sedikit di bawah Arcturus, nyala konstan, tidak berdenyut. Lokasi pengamatan: Renon, Denpasar, Bali, 5 Feb 2013. Coba sorot laser, tapi nggak ada reaksi.

Setelah konsultasi ke situs heavens-above.com, kemungkinan besar yang terlihat itu adalah CZ-3 - Stage 3: alias Chang Zheng 3C, atau Chinese Long March 3 rocket. 


Confirmed IFO. (byms)