Cover via Amazon |
Namun demikian, dalam buku "The Message of The Sphinx" karya Graham Hancock dan Robert Bauval, terungkap beberapa hal yang mengundang tanda-tanya mengenai sejarah sebenarnya dari Sphinx, antara lain:
- Pendapat mengenai dibangunnya Sphinx di Mesir oleh Cheops (Khafre/Khafra), disimpulkan berdasarkan fakta bahwa Sphinx di Mesir berada di area berdekatan dengan piramida-piramida besar , sehingga ia pasti dibangun pada masa yang berdekatan
- Tidak terdapat satupun referensi catatan pada masa dinasti Cheops yang menyatakan mereka membangun Sphinx di Mesir. Satu-satunya referensi tertulis adalah tanda pada bagian Sphinx yang memuat syllabyle "Khaf", yang kemudian diartikan sebagian Egyptologist berasal dari kata "Khaf-re". Berdasar kondisi ini, terdapat sebagian sejarawan yang keberatan, karena bentuk penulisan tersebut tidak mengikuti pola standar atribusi pada jaman tersebut, dimana nama Pharaoh yang berkuasa selalu dikemas dalam tanda elips yang dikenal sebagai "cartouche"
- Memang betul terdapat catatan-catatan yang menyatakan Sphinx di Mesir dan kuil-kuil terkait pernah digunakan dalam prosesi pemakaman para pharaoh, namun ini tidak berarti secara otomatis bahwa struktur-struktur tersebut dibuat untuk keperluan ini, atau untuk tujuan ini saja. -- Ini seperti menyatakan kalau gedung Manggala Wanabakti di dekat gedung DPR, Jakarta, dibangun untuk resepsi pernikahan, semata-mata karena para pejabat tinggi negara memilih untuk menggelar pesta pernikahan anak-anak mereka di sini (penulis)
- Ada pendapat yang menyatakan kalau Sphinx di Mesir sebenarnya dibuat pada masa yang jauh lebih tua dari perkiraan saat ini, berdasar pada jelasnya jejak-jejak erosi hujan pada bagian Sphinx yang lebih tua. Sedangkan berdasar perkiraan diketahui bahwa terakhir kalinya Mesir memiliki musim hujan adalah pada sekitar 7000 - 5000 SM, dengan demikian adalah mungkin Sphinx di Mesir dibuat oleh peradaban tak dikenal, yang hidup pada masa lebih tua dari 7000 SM
- Salahsatu blok dari kuil The Valley Temple of Khafre di sebelah utara Sphinx, yang para ahli perkirakan dibangun pada periode yang sama, dibuat dari blok batu berukuran 10 X 4 X 3 meter, dengan berat hingga 200 ton. Adapun peralatan paling canggih di dunia modern yang mampu mengangkat beban seberat ini pernah dibangun di Long Island, AS, untuk menempatkan sebuah boiler bagi instalasi nuklir. Bagaimanakah caranya peradaban Mesir kuno berhasil memindahkan batu seberat itu dengan kekuatan manusia semata? Dinyatakan bahwa tugas ini bisa dikerjakan dengan 1,800 orang menarik tali secara bersamaan. Namun secara realistis, tidaklah mungkin memposisikan blok batu tersebut ke tempatnya jika mengandalkan pada 36 baris yang masing-masing memuat 50 orang; barisan orang 36 meter panjangnya untuk menarik satu bongkah batu. Jikapun betul itu yang terjadi, pertanyaan berikutnya adalah, kenapa? Kenapa repot-repot menggunakan blok batu sedemikian besar, berat, dan membutuhkan sedemikian banyak tenaga, jika mereka bisa menggunakan blok batu berukuran normal yang memiliki berat hanya beberapa ton dan memiliki penampilan lebih menarik? Hal semacam inilah yang menimbulkan kecurigaan kalau desain dari The Valley Temple of Khafre itu sendiri tidak berasal dari manusia.
Bagaimana menurut anda? (byms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar