Apa yang terjadi kalau kita sedang liburan ke suatu tempat terpencil, dan perlu memberikan informasi pada pengunjung berikutnya? Kita akan meninggalkan pesan. Kalau pesannya umum maka secarik kertas berisi tulisan sudah cukup, sedangkan kalau pesannya rahasia, maka mungkin kita akan menuliskan semacam kode-kode khusus disana, atau menggambar besar-besar di dinding tapi dalam bahasa sandi.
Gimana seandainya... Crop Circle itu adalah semacam pesan dari para pengembara kosmik untuk sesamanya? Sekedar ninggalin tanda "Spock was here" gitu? Sedangkan dari isinya sendiri nggak ada sesuatu khusus selain generic code dari suatu ras? Bumi adalah "obyek wisata reservasi" yang nggak boleh diganggu, tapi sekedar ninggalin signature nggak apa-apa? After all Crop Circle cuma mengubah tampilan dari sebuah ladang gandum, yang sudah siap panen jadi dalam beberapa waktu juga message nya expired. Plus nya, dengan teknologi mereka Crop Circle mudah dibuat, dan hasilnya bisa dilihat dari ketinggian langit.
Kenapa Crop Circle banyak muncul di Inggris Raya? Apakah secara geografis Inggris memiliki posisi penting buat para pengembara kosmik ini? Atau justru entry point penerbangan antar planet ada disini? Atau ada semacam portal disana? (bay)
Kamis, 24 Desember 2009
Senin, 12 Oktober 2009
Tapak Air Naga di Asahan, Sumatera Utara
Dari TV Trans7 pagi ini, dikabarkan bahwa di salahsatu rawa di daerah Asahan, Sumatera Utara, mendadak terbentuk suatu tapak air (genangan air) sepanjang 1.5 Km, dengan kedalaman hingga 4 m dan lebar sekitar 3 m. Menurut warga, tapak air ini terjadi hanya dalam waktu satu malam saja. Daerah yang dimaksud, adalah daerah rawa-rawa dimana biasanya dipergunakan warga hanya untuk mencari ikan. Tapak airnya sendiri, katanya menyerupai bentuk naga.
Yang juga mengherankan, seorang wanita warga desa sekitar beberapa waktu sebelum munculnya tapak air ini mengaku menyaksikan adanya dua sumber sinar mirip lampu mobil berkeliaran ditengah rawa pada sekitar jam 1 malam, tapi tidak menyebutkan adanya suara mesin.
Saksi menuturkan kalau ia saat itu sedang dalam perjalanan pulang kerja, dan ia mengamati kedua sinar tersebut hingga akhirnya menghilang.
Menurut warga lain, kemunculan tapak air ini merupakan pertanda akan terjadinya bencana buruk, mengacu pada kejadian serupa sekitar 15 tahun sebelumnya, kala terjadi banjir besar setelah ditemukan tapak air serupa sepanjang 9 Km.
Kejadian geologiskah? Patahan bumi akibat pergeseran lempeng tektonik? Ataukah sesuatu yang lain?
Dengan asumsi bahwa rawa-rawa basah bukanlah daerah yang biasanya dikunjungi oleh kendaraan darat, dan saksi tidak menyebutkan adanya suara motor bekerja, jadi sinar apakah yang dilihat saksi pada saat itu?
Jika yang terjadi adalah UFO sighting, mungkin bisa dibantu dibuktikan dengan penyidikan lokasi, baik secara fisik (melihat tanda-tanda khusus, aerial photography), maupun secara eletronik (pengecekan kadar radiasi, anomali medan elektromagnetik, blind spot, dll.). (bay)
Yang juga mengherankan, seorang wanita warga desa sekitar beberapa waktu sebelum munculnya tapak air ini mengaku menyaksikan adanya dua sumber sinar mirip lampu mobil berkeliaran ditengah rawa pada sekitar jam 1 malam, tapi tidak menyebutkan adanya suara mesin.
Saksi menuturkan kalau ia saat itu sedang dalam perjalanan pulang kerja, dan ia mengamati kedua sinar tersebut hingga akhirnya menghilang.
Menurut warga lain, kemunculan tapak air ini merupakan pertanda akan terjadinya bencana buruk, mengacu pada kejadian serupa sekitar 15 tahun sebelumnya, kala terjadi banjir besar setelah ditemukan tapak air serupa sepanjang 9 Km.
Kejadian geologiskah? Patahan bumi akibat pergeseran lempeng tektonik? Ataukah sesuatu yang lain?
Dengan asumsi bahwa rawa-rawa basah bukanlah daerah yang biasanya dikunjungi oleh kendaraan darat, dan saksi tidak menyebutkan adanya suara motor bekerja, jadi sinar apakah yang dilihat saksi pada saat itu?
Jika yang terjadi adalah UFO sighting, mungkin bisa dibantu dibuktikan dengan penyidikan lokasi, baik secara fisik (melihat tanda-tanda khusus, aerial photography), maupun secara eletronik (pengecekan kadar radiasi, anomali medan elektromagnetik, blind spot, dll.). (bay)
Jumat, 07 Agustus 2009
Teknologi Teleportasi di Jaman Nabi Sulaiman
Pengantar:
Tulisan ini dibuat oleh rekan Elfarid dari "Sanggar Mewah" (Mewah = Mepet Sawah), mengenai petunjuk adanya teknologi teleportasi di masa silam pada ayat-ayat Al Qur'an. Menarik untuk ditelaah lebih lanjut (bay)
Tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan tentang Nabi Sulaiman sebelumnya. Kisah nabi Sulaiman memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri Saba’ ke negeri Palestina yang berjarak 2.000 km dalam hitungan detik memancing pemikiran kta untuk mengetahui bagaimana teknik pemindahan singgasana tersebut.
Seperti tercantum dalam Al Qur’an Surat An Naml:
38. Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."
39. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Keterangan
[1097]. Al Kitab di sini maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
Dari pembesar-pembesar anak buah Nabi Sulaiman baik dari kalangan jin dan manusia diberi tantangan untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis. Jin Ifrit menyanggupi memindahkan dengan waktu sebelum Nabi Sulaiman berdiri. Tetapi kemampuan jin Ifrit itu dipatahkan oleh seorang yang berilmu (ilmuwan) bernama Asif bin Barkhiya dengan menyanggupi memindahkan singgasana yang letaknya 2.000 km dari Palestina sebelum mata berkedip!
Sekali mata manusia berkedip dalam hitungan detik sedang Asif bin Barkhiya menyanggupi sebelum mata berkedip atau kurang dari satu detik! Kecepatan itu hanya mampu ditandingi oleh kecepatan cahaya. Ini adalah petunjuk penting bahwa pemindahan singgasana ratu Balqis menggunakan teknologi yang sangat maju disebut teleportasi. Teknologi pemindahan materi jarak jauh.
Dari kecepatannya dapat dipastikan teknologi tersebut lebih cepat dari jin Ifrit. Satu-satunya yang mungkin yaitu teknologi dengan memanfaatkan cahaya atau sinar sebagai media untuk teleportasi tersebut. Bisa saja teleportasi dengan sinar laser sudah ada di jaman tersebut sehingga urusan memindahkan singgasana dalam hitungan detik pun hal yang mudah.
Kalau ada yang membantah dan mengatakan itu adalah sihir maka di dalam Al Qur’an pun sudah dibantah. Lihat Surat Al Baqarah ayat 102:
102. Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
Keterangan:
[77]. Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi berkata: "Lihatlah Muhammad yang mencampur-baurkan antara haq dengan bathil, yaitu menerangkan Sulaiman (Nabi) digolongkan pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 102) yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih mempercayai syaitan daripada iman kepada Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr bin Hausyab.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi bertanya kepada Nabi SAW beberapa kali tentang beberapa hal dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata dengan sesamanya: "Orang ini lebih mengetahui daripada kita tentang apa yang diturunkan kepada kita." Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW ialah tentang sihir. Dan mereka berbantah-bantahanlah dengan Rasulullah tentang hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 102) berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil-'Aliah.)
Asif bin Barkhiya merupakan ilmuwan yang menguasai teknologi teleportasi, bukan ilmu sihir karena sihir selalu menggunakan jin. Sedangkan jin Ifrit yang merupakan jin cerdik pun tidak bisa mengalahkan teknologi itu. Teknologi tinggi bagi orang yang tidak menguasai pun laksana sihir. Seperti di jaman sekarang pun teknologi masih sangat menakjubkan bagi orang awam yang tidak tahu cara kerjanya. Kesimpulannya yaitu teknologi teleportasi sudah dikuasai ilmuwan di jaman Nabi Sulaiman. Tantangan bagi manusia jaman kini untuk kembali menguasasi teknologi itu.
Wallahu ’alam bishawab.
Sragen, 27 September 2007
elfarid
Source: http://elfarid.multiply.com/journal/item/243
Tulisan ini dibuat oleh rekan Elfarid dari "Sanggar Mewah" (Mewah = Mepet Sawah), mengenai petunjuk adanya teknologi teleportasi di masa silam pada ayat-ayat Al Qur'an. Menarik untuk ditelaah lebih lanjut (bay)
Tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan tentang Nabi Sulaiman sebelumnya. Kisah nabi Sulaiman memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri Saba’ ke negeri Palestina yang berjarak 2.000 km dalam hitungan detik memancing pemikiran kta untuk mengetahui bagaimana teknik pemindahan singgasana tersebut.
Seperti tercantum dalam Al Qur’an Surat An Naml:
38. Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."
39. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Keterangan
[1097]. Al Kitab di sini maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
Dari pembesar-pembesar anak buah Nabi Sulaiman baik dari kalangan jin dan manusia diberi tantangan untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis. Jin Ifrit menyanggupi memindahkan dengan waktu sebelum Nabi Sulaiman berdiri. Tetapi kemampuan jin Ifrit itu dipatahkan oleh seorang yang berilmu (ilmuwan) bernama Asif bin Barkhiya dengan menyanggupi memindahkan singgasana yang letaknya 2.000 km dari Palestina sebelum mata berkedip!
Sekali mata manusia berkedip dalam hitungan detik sedang Asif bin Barkhiya menyanggupi sebelum mata berkedip atau kurang dari satu detik! Kecepatan itu hanya mampu ditandingi oleh kecepatan cahaya. Ini adalah petunjuk penting bahwa pemindahan singgasana ratu Balqis menggunakan teknologi yang sangat maju disebut teleportasi. Teknologi pemindahan materi jarak jauh.
Dari kecepatannya dapat dipastikan teknologi tersebut lebih cepat dari jin Ifrit. Satu-satunya yang mungkin yaitu teknologi dengan memanfaatkan cahaya atau sinar sebagai media untuk teleportasi tersebut. Bisa saja teleportasi dengan sinar laser sudah ada di jaman tersebut sehingga urusan memindahkan singgasana dalam hitungan detik pun hal yang mudah.
Kalau ada yang membantah dan mengatakan itu adalah sihir maka di dalam Al Qur’an pun sudah dibantah. Lihat Surat Al Baqarah ayat 102:
102. Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
Keterangan:
[77]. Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi berkata: "Lihatlah Muhammad yang mencampur-baurkan antara haq dengan bathil, yaitu menerangkan Sulaiman (Nabi) digolongkan pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 102) yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih mempercayai syaitan daripada iman kepada Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr bin Hausyab.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi bertanya kepada Nabi SAW beberapa kali tentang beberapa hal dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata dengan sesamanya: "Orang ini lebih mengetahui daripada kita tentang apa yang diturunkan kepada kita." Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW ialah tentang sihir. Dan mereka berbantah-bantahanlah dengan Rasulullah tentang hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 102) berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil-'Aliah.)
Asif bin Barkhiya merupakan ilmuwan yang menguasai teknologi teleportasi, bukan ilmu sihir karena sihir selalu menggunakan jin. Sedangkan jin Ifrit yang merupakan jin cerdik pun tidak bisa mengalahkan teknologi itu. Teknologi tinggi bagi orang yang tidak menguasai pun laksana sihir. Seperti di jaman sekarang pun teknologi masih sangat menakjubkan bagi orang awam yang tidak tahu cara kerjanya. Kesimpulannya yaitu teknologi teleportasi sudah dikuasai ilmuwan di jaman Nabi Sulaiman. Tantangan bagi manusia jaman kini untuk kembali menguasasi teknologi itu.
Wallahu ’alam bishawab.
Sragen, 27 September 2007
elfarid
Source: http://elfarid.multiply.com/journal/item/243
Minggu, 19 Juli 2009
UFO dan Bingkai Persepsi
Masalah yang muncul dari ketidaklengkapan data adalah terbukanya ruang untuk interpretasi. Dan interpretasi akan memiliki beragam bentuk sesuai dengan sudut pandang si pemberi penafsiran. Inilah sebabnya mengapa dalam banyak kasus UFO sighting, kesimpulan antara para believers dan debunkers akan suatu event sighting bisa berbeda 180 derajat, tergantung interpretasi masing-masing pihak.
Kedua sisi tentunya mengutamakan pengetahuan dan familiarity-nya atas kejadian tersebut, mana yang dirasa lebih familiar dan bisa diterima oleh disiplin pemikirannya, maka itulah yang diterima. Bagi mereka yang skeptics, atau malah mendedikasikan diri untuk menjadi UFO debunkers, maka ketika data terkumpul masih bisa dikaitkan dengan kejadian-kejadian alami / buatan manusia / kesalahan identifikasi / hoax, tanpa perlu pikir panjang label kesalahan identifikasi pun disematkan, dan misi "menguak kebenaran" pun dianggap tercapai, terpuaskan. Masalahnya, pengambilan kesimpulan melalui cara seperti ini biasanya selalu berhasil menemukan kaitan rasional dan konvensional terhadap kejadian se-luar biasa apapun.
Misalnya mengenai Rods, kala rekaman foto memperlihatkan adanya benda terbang mirip silinder yang terlihat kabur (standar penampakan Rods), maka para debunker bisa dengan mudah menganggap foto tersebut sebagai rekaman gambar serangga biasa yang terbang cepat, dimana distorsi cahaya dan lensa telah membuatnya terlihat seperti mahluk lain yang tidak dikenal. Padahal iapun hanya menelaah dan berinterpretasi terhadap data yang ada, bukan karena ia melihat sendiri serangganya.
Atau dengan mengatakan bahwa saksi mata sighting sedang mengalami halusinasi ketika melihat piring terbang di angkasa. Atau menyatakan bahwa suatu video rekaman sighting adalah hasil rekayasa komputer. Pengerucutan kesimpulannya mungkin sudah melalui prosedur yang benar, namun dengan persepsi yang condong kearah neutralizing atau negatifism, maka ketika tiba waktunya untuk menginterpretasikan data yang ada, yang akhirnya terjadi adalah hilangnya data berharga karena pelabelan yang tidak tepat.
Di sisi lain, dengan beragamnya referensi soal UFO yang diketahui, baik yang bersifat fakta, legenda, maupun dongeng, maka seorang Ufolog bisa juga terlalu cepat melompat kepada kesimpulan prematur. Dan bagi seorang UFO fanatics, malah tak jarang informasi yang masuk kemudian diolah seadanya, kemudian jika terlihat ada kaitannya dengan karakteristik UFO, walaupun hanya sedikit, maka kesimpulan akhirnyapun adalah justifikasi mengenai keberadaan UFO.
Jadi jika skeptics / debunkers cenderung mengabaikan kesimpulan kearah kejadian luar biasa, jika data yang dikumpulkan masih bisa dikaitkan dengan kejadian kejadian biasa, maka UFO fanatics kebalikannya; cenderung mengabaikan kesimpulan kearah kejadian biasa, jika masih bisa dikaitkan dengan kejadian luar biasa. Dua-duanya berada di sisi yang ekstrim.
Siapa yang benar? Tidak bisa dipukul rata, tapi yang pasti extrimisme cenderung membutakan, baik yang pro maupun kontra.
Sayangnya, masalah utama dalam banyak kasus UFO sighting adalah sangat sedikitnya data ilmiah yang bisa dikumpulkan, sehingga baik pihak pro maupun kontra sama-sama menitikberatkan pendapatnya pada interpretasi.
---------
Sampai saat ini, posisi mereka yang mengaitkan diri dengan status "ilmiah", sebagian besar masih berada di sisi berseberangan dengan para Ufolog. Ufologi masih dianggap masuk kepada ranah "pseudo-science" karena banyaknya data-data yang didapatkan tidak bersifat solid, dan metode penelitiannya tidak bisa mengikuti metode baku dunia ilmu pengetahuan. Maka dari itu pula, banyak sajian informasi terkait UFO yang dibuat oleh produser-produser yang merasa dirinya scientifically intellect, rata-rata hanya berusaha meyakinkan para pemirsanya bahwa tidak ada apapun diluar sana, selain dari yang sudah pernah dipetakan dan dokumentasikan para kolega peneliti dan ilmuwan, kedalam suatu sistim pengetahuan yang sudah baku. Diluar itu semua, kalau tidak bisa dibakukan dalam suatu tatanan keilmuan standar, maka dianggap tidak ada.
Namun ini mirip seperti kasus dulu ketika kaum agamis menghakimi Nicolaus Copernicus sebagai sesat, karena berani menentang doktrin mengenai kemuliaan planet Bumi, dengan mengatakan bahwa Matahari adalah pusat Tata Surya, dan planet Bumi bukanlah pusat alam semesta.
Sialnya, jika alam semesta itu ramah dan tidak pelit berbagi informasi (dan penciptanya memang bermaksud untuk menjadikannya sebagai monumen kebesaran-Nya yang bisa dipelajari), sehingga klaim Copernicus lambat laun bisa dibuktikan bersama-sama, maka dalam dunia Ufologi kita berhadapan dengan obyek penelitian yang:
1. Mode operasi standarnya adalah menghindari liputan manusia
2. Sulit dicari sample nya, ataupun direkam outputnya untuk dipelajari
3. Tingkat teknologinya relatif lebih tinggi daripada si pengamat, sehingga terdapat jenjang perbedaan kemampuan penginderaaan yang cukup besar
4. Para penciptanya juga diduga memiliki tingkat intelegensi yang juga lebih tinggi daripada si pengamat sehingga juga terdapat jenjang perbedaan pola pikir yang cukup besar
5. Banyak unsur militer di berbagai negara menganggap topik ini sebagai Above Top Secret terkait keamanan negara sehingga keberadaannya cenderung ditutup-tutupi
6. Banyak pihak yang dianggap memiliki kemampuan untuk mendapatkan data lebih akurat dan melakukan penelitian lebih serius, tidak mau membagi hasil temuannya kepada masyarakat
7. Adanya usaha aktif dari kalangan oposisi, untuk melakukan netralisasi dan negatifisme terhadap keberadaan obyek tersebut, sehingga menambah keengganan para saksi untuk muncul dan mengungkapkan kesaksiannya
Hal ini secara langsung dan tidak langsung, telah membuat puluhan tahun penelitian terhadap topik UFO, tidak berhasil membuahkan satu gebrakan pun yang dianggap berarti, jika dipandang dari sudut pandang ilmiah. Alasan yang sama dipakai pemerintah AS ketika akhirnya menutup Project Blue Book.
Tapi mengutip ucapan Sir Martin Reese, astronomer kenamaan berkebangsaan Inggris, "absence of evidence does not mean evidence of absence" (ketiadaan bukti tidak berarti bukti ketiadaan), maka justru yang seharusnya dilakukan dalam menghadapi topik Ufologi adalah, suatu penerimaan bahwa topik ini tidak bisa diteliti dengan prosedur baku penelitian ilmiah yang sudah ada, yang sudah mapan.
Yang kita perlukan justru bukan memaksa supaya gambar cocok dengan bingkai, alias pemaksaan penggunaan metode standar dan baku penelitian ilmiah karena cuma itu tools penelitian yang ada, tapi pencarian metode penelitian alternatif yang mampu menelaah dengan baik topik ini.
Karena keberadaan UFO sebenarnya bisa dideteksi dan diukur, hanya saja kita belum menemukan teknologi yang tepat. (bay)
Kedua sisi tentunya mengutamakan pengetahuan dan familiarity-nya atas kejadian tersebut, mana yang dirasa lebih familiar dan bisa diterima oleh disiplin pemikirannya, maka itulah yang diterima. Bagi mereka yang skeptics, atau malah mendedikasikan diri untuk menjadi UFO debunkers, maka ketika data terkumpul masih bisa dikaitkan dengan kejadian-kejadian alami / buatan manusia / kesalahan identifikasi / hoax, tanpa perlu pikir panjang label kesalahan identifikasi pun disematkan, dan misi "menguak kebenaran" pun dianggap tercapai, terpuaskan. Masalahnya, pengambilan kesimpulan melalui cara seperti ini biasanya selalu berhasil menemukan kaitan rasional dan konvensional terhadap kejadian se-luar biasa apapun.
Misalnya mengenai Rods, kala rekaman foto memperlihatkan adanya benda terbang mirip silinder yang terlihat kabur (standar penampakan Rods), maka para debunker bisa dengan mudah menganggap foto tersebut sebagai rekaman gambar serangga biasa yang terbang cepat, dimana distorsi cahaya dan lensa telah membuatnya terlihat seperti mahluk lain yang tidak dikenal. Padahal iapun hanya menelaah dan berinterpretasi terhadap data yang ada, bukan karena ia melihat sendiri serangganya.
Atau dengan mengatakan bahwa saksi mata sighting sedang mengalami halusinasi ketika melihat piring terbang di angkasa. Atau menyatakan bahwa suatu video rekaman sighting adalah hasil rekayasa komputer. Pengerucutan kesimpulannya mungkin sudah melalui prosedur yang benar, namun dengan persepsi yang condong kearah neutralizing atau negatifism, maka ketika tiba waktunya untuk menginterpretasikan data yang ada, yang akhirnya terjadi adalah hilangnya data berharga karena pelabelan yang tidak tepat.
Di sisi lain, dengan beragamnya referensi soal UFO yang diketahui, baik yang bersifat fakta, legenda, maupun dongeng, maka seorang Ufolog bisa juga terlalu cepat melompat kepada kesimpulan prematur. Dan bagi seorang UFO fanatics, malah tak jarang informasi yang masuk kemudian diolah seadanya, kemudian jika terlihat ada kaitannya dengan karakteristik UFO, walaupun hanya sedikit, maka kesimpulan akhirnyapun adalah justifikasi mengenai keberadaan UFO.
Jadi jika skeptics / debunkers cenderung mengabaikan kesimpulan kearah kejadian luar biasa, jika data yang dikumpulkan masih bisa dikaitkan dengan kejadian kejadian biasa, maka UFO fanatics kebalikannya; cenderung mengabaikan kesimpulan kearah kejadian biasa, jika masih bisa dikaitkan dengan kejadian luar biasa. Dua-duanya berada di sisi yang ekstrim.
Siapa yang benar? Tidak bisa dipukul rata, tapi yang pasti extrimisme cenderung membutakan, baik yang pro maupun kontra.
Sayangnya, masalah utama dalam banyak kasus UFO sighting adalah sangat sedikitnya data ilmiah yang bisa dikumpulkan, sehingga baik pihak pro maupun kontra sama-sama menitikberatkan pendapatnya pada interpretasi.
---------
Sampai saat ini, posisi mereka yang mengaitkan diri dengan status "ilmiah", sebagian besar masih berada di sisi berseberangan dengan para Ufolog. Ufologi masih dianggap masuk kepada ranah "pseudo-science" karena banyaknya data-data yang didapatkan tidak bersifat solid, dan metode penelitiannya tidak bisa mengikuti metode baku dunia ilmu pengetahuan. Maka dari itu pula, banyak sajian informasi terkait UFO yang dibuat oleh produser-produser yang merasa dirinya scientifically intellect, rata-rata hanya berusaha meyakinkan para pemirsanya bahwa tidak ada apapun diluar sana, selain dari yang sudah pernah dipetakan dan dokumentasikan para kolega peneliti dan ilmuwan, kedalam suatu sistim pengetahuan yang sudah baku. Diluar itu semua, kalau tidak bisa dibakukan dalam suatu tatanan keilmuan standar, maka dianggap tidak ada.
Namun ini mirip seperti kasus dulu ketika kaum agamis menghakimi Nicolaus Copernicus sebagai sesat, karena berani menentang doktrin mengenai kemuliaan planet Bumi, dengan mengatakan bahwa Matahari adalah pusat Tata Surya, dan planet Bumi bukanlah pusat alam semesta.
Sialnya, jika alam semesta itu ramah dan tidak pelit berbagi informasi (dan penciptanya memang bermaksud untuk menjadikannya sebagai monumen kebesaran-Nya yang bisa dipelajari), sehingga klaim Copernicus lambat laun bisa dibuktikan bersama-sama, maka dalam dunia Ufologi kita berhadapan dengan obyek penelitian yang:
1. Mode operasi standarnya adalah menghindari liputan manusia
2. Sulit dicari sample nya, ataupun direkam outputnya untuk dipelajari
3. Tingkat teknologinya relatif lebih tinggi daripada si pengamat, sehingga terdapat jenjang perbedaan kemampuan penginderaaan yang cukup besar
4. Para penciptanya juga diduga memiliki tingkat intelegensi yang juga lebih tinggi daripada si pengamat sehingga juga terdapat jenjang perbedaan pola pikir yang cukup besar
5. Banyak unsur militer di berbagai negara menganggap topik ini sebagai Above Top Secret terkait keamanan negara sehingga keberadaannya cenderung ditutup-tutupi
6. Banyak pihak yang dianggap memiliki kemampuan untuk mendapatkan data lebih akurat dan melakukan penelitian lebih serius, tidak mau membagi hasil temuannya kepada masyarakat
7. Adanya usaha aktif dari kalangan oposisi, untuk melakukan netralisasi dan negatifisme terhadap keberadaan obyek tersebut, sehingga menambah keengganan para saksi untuk muncul dan mengungkapkan kesaksiannya
Hal ini secara langsung dan tidak langsung, telah membuat puluhan tahun penelitian terhadap topik UFO, tidak berhasil membuahkan satu gebrakan pun yang dianggap berarti, jika dipandang dari sudut pandang ilmiah. Alasan yang sama dipakai pemerintah AS ketika akhirnya menutup Project Blue Book.
Tapi mengutip ucapan Sir Martin Reese, astronomer kenamaan berkebangsaan Inggris, "absence of evidence does not mean evidence of absence" (ketiadaan bukti tidak berarti bukti ketiadaan), maka justru yang seharusnya dilakukan dalam menghadapi topik Ufologi adalah, suatu penerimaan bahwa topik ini tidak bisa diteliti dengan prosedur baku penelitian ilmiah yang sudah ada, yang sudah mapan.
Yang kita perlukan justru bukan memaksa supaya gambar cocok dengan bingkai, alias pemaksaan penggunaan metode standar dan baku penelitian ilmiah karena cuma itu tools penelitian yang ada, tapi pencarian metode penelitian alternatif yang mampu menelaah dengan baik topik ini.
Karena keberadaan UFO sebenarnya bisa dideteksi dan diukur, hanya saja kita belum menemukan teknologi yang tepat. (bay)
Minggu, 12 Juli 2009
Download link: History Channel - UFO Hunters
History Channel's UFO Hunters episodes download (~ 350MB each)
In each episode, the team investigates reports of unidentified aerial phenomena in which they interview witnesses of close encounters with UFOs, USOs, and supposed extraterrestrial life. They also analyze any evidence collected such as photographs, video, or recovered physical material. They also conduct research with other investigators and scientists in the field in an attempt to find conclusive evidence that a report is real or a hoax. The show also investigates long-standing UFO cases such as the Roswell, New Mexico UFO crash incident and other famous sightings throughout history.
Serial ini merupakan spin-off dari "UFO Files" pada channel TV yang sama, dan berbeda dengan "UFO Hunters"nya Sci-Fi channel yang cuma tayang 1 episode itu. Walaupun serial dari channel-channel ilmiah seringkali berakhir dengan debunk yang dipaksakan, sisi faktualnya seringkali patut untuk dipertimbangkan.
In each episode, the team investigates reports of unidentified aerial phenomena in which they interview witnesses of close encounters with UFOs, USOs, and supposed extraterrestrial life. They also analyze any evidence collected such as photographs, video, or recovered physical material. They also conduct research with other investigators and scientists in the field in an attempt to find conclusive evidence that a report is real or a hoax. The show also investigates long-standing UFO cases such as the Roswell, New Mexico UFO crash incident and other famous sightings throughout history.
Serial ini merupakan spin-off dari "UFO Files" pada channel TV yang sama, dan berbeda dengan "UFO Hunters"nya Sci-Fi channel yang cuma tayang 1 episode itu. Walaupun serial dari channel-channel ilmiah seringkali berakhir dengan debunk yang dipaksakan, sisi faktualnya seringkali patut untuk dipertimbangkan.
Langganan:
Postingan (Atom)