Minggu, 31 Januari 2010

UFO - Pendatang Luar Angkasa

Catatan: Tulisan ini merupakan bagian dari kumpulan teori mengenai Asal-Usul UFO, dan merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya disini: http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/15/asal-usul-ufo/

Kenneth Arnold bersama salahsatu ilustrasi UFO yang dilihatnya
Kenneth Arnold bersama salahsatu ilustrasi UFO yang dilihatnya

Salahsatu encounter bersejarah, dan dianggap sebagai titik awal dari penyelikan UFO di era modern, terjadi sewaktu Kenneth Arnold melihat formasi sembilan UFO terbang diatas Gunung Rainier pada 24 Juni 1947. Arnold, yang saat itu sedang dalam misi pencarian pesawat terbang yang jatuh, tertarik oleh karakter yang aneh dari sembilan pesawat terbang yang ia lihat melintas di kejauhan. Walaupun hanya melihat mereka selama sekitar tiga menit saja, Arnold menduga pesawat-pesawat misterius tersebut terbang dengan perkiraan kecepatan sekitar 1.800 - 1.900 km/jam, dengan menghitung waktu tempuh terhadap jarak antara dua puncak gunung. Ia menggambarkan pesawat-pesawat tersebut memiliki bentuk pipih, tanpa ekor vertikal, dan dengan tampilan sangat reflektif seakan badan pesawat terbuat dari chrome. Gerak laju pesawat-pesawat asing ini digambarkan mirip piringan yang meloncat-loncat jika dilemparkan dipermukaan air.

Atas karakteristik tersebut, pers lalu menamai benda-benda asing itu sebagai "Flying Saucer" atau "Piring Terbang". Istilah yang sebenarnya keliru, karena Kenneth Arnold tidak pernah menyebutkan kalau UFO yang ia lihat berbentuk piringan, namun “bergerak mirip piring yang dilemparkan di permukaan air”. Namun walaupun salah kaprah, istilah ini ternyata bertahan untuk waktu yang sangat lama, bahkan hingga saat kini.

Perkiraan kecepatan yang dilakukan Kenneth Arnold sendiri menimbulkan banyak reaksi tak percaya dari masyarakat dunia penerbangan; mereka tidak percaya ada pesawat yang mampu terbang secepat itu di dunia. Keterkejutan ini cukup beralasan, karena pesawat pancar gas tercepat buatan manusia pada saat itu, pesawat experimental Bell X-1, baru bisa menembus batas kecepatan suara (1.078 km/jam) ketika dipiloti Chuck Yager pada 14 Oktober 1947.

Walaupun Kenneth Arnold telah dianggap pilot berpengalaman sehingga bisa mengenali fenomena alam, atau menebak jenis pesawat terbang dengan cukup tepat, hasil penyelidikan menyatakan ia hanyalah berhalusinasi.

Namun terlepas dari interpretasi pihak otoritas atas kejadian tersebut, seiring berjalannya waktu, dengan semakin banyaknya UFO sighting terjadi dan diamati oleh beragam kalangan masyarakat, fenomena UFO ini mulai dianggap sebagai hal nyata dan bukan sekedar isapan jempol. Terlebih setelah terjadinya suatu tonggak sejarah lainnya; jatuhnya UFO di Roswell

Insiden Roswell 1947

Salahsatu tonggak peristiwa penting dan bersejarah dalam dunia Ufologi terjadi ketika AU AS mengumumkan di surat kabar bahwa mereka telah menemukan reruntuhan piring terbang yang jatuh di Roswell, New Mexico pada 8 Juli 1947.

Berita koran tentang Piring Terbang jatuh di Roswell
Berita koran tentang Piring Terbang jatuh di Roswell

Hanya 14 hari setelah peristiwa encounter Kenneth Arnold dengan “Piring Terbang”, Jesse Marcel dari kantor pers Roswell Army Air Force Base (RAAF) di New Mexico, mengumumkan bahwa sebuah “piring terbang” telah jatuh di sebuah pertaian tidak jauh dari pangkalan, dan reruntuhannya telah mereka temukan. Roswell AAFB pada saat itu berfungsi sebagai rumah dari satu-satunya skuadron tempur nuklir di dunia – pesawat terbang yang melakukan pemboman Hiroshima and Nagasaki dua tahun sebelumnya diterbangkan dari sini – dan pada saat itu adalah, tentunya, instalasi militer paling tinggi tingkat keamanannya di AS, bahkan mungkin di seluruh dunia.

a
Berita ralat di koran yang sama

Walaupun berita fenomenal tersebut lalu diralat pada hari berikutnya, dan kantor pers menyatakan bahwa puing yang ditemukan adalah sisa-sisa balon udara, namun masyarakat telah terlanjur percaya kalau peristiwa tersebut benar terjadi. Apalagi ditambah adanya desas-desus dari beberapa saksi yang sebenarnya dilarang untuk berbicara, atau berani muncul namun dengan identitas disamarkan. Mereka berbicara mengenai lahan luas yang terbakar, dengan torehan cekungan memanjang mirip parit yang sebelumnya tidak ada, penemuan puing-puing dan lembaran-lembaran tipis bahan logam tak dikenal, balok-balok logam dengan tulisan aneh, serta beberapa saksi yang melihat pihak militer mengangkut tubuh manusia kerdil dari lokasi kejadian. Benarkah sebuah pesawat UFO telah jatuh di Roswell?

Pihak militer membantah dengan keras dugaan ini, dan mengatakan bahwa seluruh puing yang berserakan tersebut adalah sisa-sisa reruntuhan balon udara eksperimental rahasia dari “Project Mogul”, yang sekiranya akan dipergunakan untuk keperluan intelijen AU AS dalam masa Perang Dingin dengan negara front Timur. Sedangkan mahluk humanoid kerdil yang mereka angkut dari lokasi, adalah dummy (boneka) yang dipakai pada eksperimen yang gagal tersebut.

Jesse Marcel dan serpihan balon udara Mogul
Jesse Marcel dan serpihan balon udara Mogul

Dalam foto yang kemudian dipublikasikan AU AS, Jesse Marcel terlihat sedang berfoto sambil menghadapi serpihan aluminium foil dan kain yang terlihat mirip bekas balon udara. Tapi menurut salahsatu wawancara lama setelah kejadian tersebut, ketika dikonfrontir bahwa sisa-sisa yang terlihat di foto memang nampak seperti serpihan bekas balon udara, Jesse hanya berkomentar "That's not what I found"[1]

Apakah pihak militer AS telah berbohong? Apakah puing-puing logam tersebut memang berasal dari balon udara? Ataukah dari suatu pesawat asing yang berusaha disembunyikan identitasnya dari pengamatan publik?

Beberapa cerita versi komersil menceritakan kalau apa yang jatuh di Roswell sebenarnya adalah pesawat UFO yang ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara rahasia AS. Sedangkan jika dikaitkan dengan faktor alamiah, mungkinkah insiden Roswell ini terkait dengan badai hebat yang terjadi di wilayah itu pada di malam sebelum penemuan puing-puing?

Apapun yang sebenarnya terjadi, insiden Roswell ini telah menjadi tonggak awal bermunculannya penelitian UFO kontemporer di AS, baik yang dilakukan oleh pihak militer maupun ilmuwan dan masyarakat umum secara independent.

Jika pendapat UFO berasal dari peradaban asing di luar angkasa itu benar, pernahkah terjadi kontak antara manusia Bumi dengan peradaban asing tersebut? Bagaimanakah keterlibatan pemerintah negara Adikuasa dalam hal ini?

Project Moondust

Adalah Clifford Stone, pensiunan AD AS yang kemudian muncul menjadi whistleblower, pembuka rahasia kegiatan pemerintah AS selama ini dalam menangani kasus-kasus terkait UFO. Dalam masa pensiunnya, Stone memilih untuk mengungkapkan kepada publik apa yang telah ia lakukan selama 22 tahun bertugas di AD AS; mengamankan sisa-sisa UFO yang jatuh di Bumi. Satuan tugas yang bertanggung jawab untuk tugas ini diberi nama Project Moondust. Lebih jauh lagi, Stone menyatakan kalau dirinya adalah seorang contactee dari total delapan orang yang bertugas di satgas tersebut. Sebagai contactee, tugas utamanya adalah mencoba untuk berkomunikasi secara telepatik dengan para Ufonaut yang ditemukan, suatu kemampuan yang menurutnya merupakan bakat alamiah dan tidak bisa didapat dengan dipelajari. Dari hasil pengalamannya selama bertugas, Stone mengungkapkan bahwa UFO yang mereka temukan memang benar berasal dari luar angkasa, dan kita memang tidak sendirian di alam semesta ini.

Ketika pensiun pada tahun 1989, Stone menyatakan kalau Project Moondust telah mendata adanya 57 spesies berbeda para pengembara antar bintang ini. Jenis "Grey" yang banyak dijadikan icon pop culture atas Alien ini, terdiri dari setidaknya tiga spesies berbeda; beberapa bahkan memiliki tinggi lebih dari manusia. Namun yang paling mengherankan dan menjadi penelitian para ilmuwan Moondust adalah, bahwa sebagian besar dari tamu luar angkasa ini memiliki penampilan yang seperti manusia. Jika berada dalam suatu kumpulan, orang-orang lalu lalang di jalanan misalnya, maka banyak dari para pendatang ini tidak akan bisa dibedakan dari manusia Bumi. Padahal menurut asumsi para ilmuwan Moondust, latar belakang dan lingkungan yang berbeda dari para pendatang ini harusnya mengakibatkan evolusi pertumbuhan fisik yang kontras.

Stone juga menginformasikan bahwa banyak dari UFO yang mereka evakuasi dan amankan masih memiliki bentuk utuh, dan banyak yang kemudian dijadikan subyek retro-engineering untuk dipelajari dan diterapkan teknologinya untuk keperluan militer. Dalam kondisi baik, sebuah pesawat ruang angkasa bangsa-bangsa Alien ini bisa menempuh jarak tahunan cahaya dalam waktu singkat, dan mengatasi berbagai hambatan fisika yang masih menjadi kendala bagi ilmuwan Bumi.

Stone juga menungkapkan kalau banyak dari para pendatang luar angkasa ini kini hidup berasama-sama manusia, dengan profesi manusia, namun tidak ada yang menempati posisi politis karena bertentangan dengan tujuan mereka ada disini. Selama ini mereka memang memilih dengan selektif negara-negara mana saja yang mereka tuju untuk ditinggali, untuk meminimalisir kemungkinan penerimaan yang tidak bersahabat, atau menciptakan histeria massa. Namun Stone juga selalu diperingatkan, bahwa tidak semua misi evakuasi yang ia lakukan akan ditanggapi dengan baik oleh para Alien yang pesawatnya jatuh tersebut.

Poster film "Men in Black II"
Poster film "Men in Black II"

Konsep Alien yang berbentuk manusia, bersikap ramah dan berasimilasi baik dengan penduduk Bumi, sudah diangkat ke layar televisi sejak lama, dalam serial TV Mork & Mindy yang dibintangi bintang terkenal Robin Williams; dan tentunya, Star Trek. Namun adaptasi layar lebar terkini yang juga mengangkat mengenai informasi Stone mentenai adanya badan rahasia pemerintah yang khusus menangani dan mengatur kunjungan para tamu luar angkasa ini, adalah film Men in Black (MIB).

Kini Stone termasuk salahsatu peneliti UFO yang gigih menuntut pemerintah AS untuk mengeluarkan dokumen-dokumen terkait penelitian UFO dibawah payung Freedom Of Information Act atau FOIA[3]. FOIA memungkinkan masyarakat AS untuk menuntut dibukanya informasi baik total maupun sebagian, atas dokumen-dokumen yang sebelumnya berada dibawah kendali pemerintah AS.

Selain Stone, peneliti yang juga aktif mempraktikkan FOIA kepada departemen-departemen pemerintah AS, adalah John Greenewald, Jr., dengan situsnya The Black Vault. Situsnya itu kini memiliki lebih dari 550.000 dokumen hasil FOIA terkait keterlibatan pemerintah AS dalam proyek-proyek rahasia mengenai UFO, Kloning, Senjata Biologis, Mind Control, Parapsychology, hingga ke komplain mengenai acara TV. Sumber terbesar di dunia untuk dokumen FOIA, selain dari pemerintah AS sendiri.

Stone sendiri percaya, walaupun tidak bisa mendukung dengan bukti data, bahwa masa pengungkapan identitas tamu luar angkasa ini semakin dekat. Ia juga menduga kuat, banyak pihak yang terlibat dalam Project Moondust merasa sudah waktunya informasi mengenai para tamu luar angkasa ini dibukakan ke publik.

Jika Stone adalah seorang contactee yang beruntung bisa terlibat dalam satu satuan tugas khusus, sehingga mendapatkan banyak bantuan tenaga dan data, maka bayak contactee lainnya tidak memiliki fasilitas yang sama. Namun tidak kurang tidak lebih, mereka justru dipilih oleh para pendatang luar angkasa ini untuk menjadi rekan korespondensi, sekaligus juru bicara mereka di Bumi. Dalam hal ini, biasanya para contactee hanya dipilih oleh salahsatu spesies Alien saja, dan mengalami masa kontak yang lama, dimulai sejak mereka masih kecil. Beberapa dari mereka kemudian berani tampil ke muka umum dan menyatakan status spesial mereka tersebut. Banyak yang kemudian menjadi subyek penelitian para skeptis dan debunker selama bertahun-tahun.

Utusan dari luar angkasa

Para contactee, alias mereka yang mengaku bisa berkomunikasi dengan para Ufonaut, menyatakan bahwa UFO adalah kendaraan ruang angkasa dari ras-ras maju di luar angkasa sana. Para tamu misterius ini dikabarkan berasal dari peradaban yang lebih maju daripada Bumi, dan berasal dari gugus bintang yang jauh dari Bumi. Diantara lokasi yang dikabarkan menjadi rumah para pendatang luar angkasa ini, adalah Sirius, Beta Draconis, Pleiades, dan Antares. Salahseorang yang cukup terkenal diantara para saksi ini ialah Billy Meier, yang mengaku mengenal Ufonaut dari ras “Pleiadians” atau “Plejaren” (pleh-yar-en) dari gugus bintang Pleiades.

Billy Meier mengaku telah mendapatkan kunjungan rutin dari ras Plejaren semenjak tahun 1942 saat ia berusia 5 tahun. Ras ini berasal dari tata surya “Tayget” dengan sepuluh planet, dimana empat diantaranya berpenghuni. Tata surya ini menurut mereka berada di suatu tempat berjarak 80 tahun cahaya dibelakang gugus bintang Pleiades, dalam tatanan ruang dan waktu yang berbeda . Pleiades selama ini dikenal sebagai suatu gugus tujuh bintang di rasi Taurus yang berjarak 420 tahun cahaya dari Bumi, dan diperkirakan tidak memiliki planet berpenghuni karena kondisinya tata-suryanya yang masih primordial, tidak memiliki kondisi yang laik huni. Plejaren ini memiliki bentuk tubuh humanoid, atau memiliki karakter yang mirip dengan manusia. Secara fisik, mereka terlihat seperti manusia yang tinggi, berkulit putih, dengan rambut pirang.

Selama kurun waktu kontaknya, ia berhadapan dengan beberapa individu berbeda dalam situasi yang cenderung rahasia. Sedangkan rangkaian kontak "resmi" dimana ia diminta untuk mengabarkan mengenai keberadaan ras Plejaren ini, terjadi semenjak 28 Januari 1975, ketika ia berhubungan dengan duta sekaligus kontak terakhir Billy dalam pertemuan-pertemuan berikutnya, dengan nama Semjase [4].

Ilustrasi artis atas Semjase
Ilustrasi artis atas sosok Semjase

Meier berkomunikasi dengan mereka dalam banyak kesempatan. Ia bahkan mendapat kesempatan untuk memotret jenis-jenis pesawat antariksa yang mengunjunginya, yang ia sebut sebagai "Beam Ships", mendapat beberapa sampel logam, merekam suara pesawat tersebut, serta mempelajari beragam hal termasuk masalah ramalan. Dalam website http://www.theyfly.com ia mengaku telah mendapat petunjuk mengenai bencana Tsunami Aceh akhir 2003 semenjak tahun 1976, melalui wawancaranya dengan Semjase, salahsatu Ufonaut dari bangsa Plejaren ini. Menurut Semjase, kegiatan manusia dalam mengeruk bahan tambang dan memberi beban berlebihan pada permukaan bumi (membangun kota-kota) akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan putaran bumi dan berujung pada bencana geologis yang dahsyat.

Terlepas dari penentangan kaum skeptis dan ilmuwan orthodox, Billy Meier berhasil mendapatkan pengikut yang tersebar di beberapa negara, dan kemudian menganggap dirinya sebagai Messiah. Dari tahun ke tahun tak jarang para pengikut dan penentang mencoba untuk membuktikan kebenaran atau kebohongan Billy dengan berbagai cara, diantaranya dengan menganalisis rekaman suara pesawat antariska Plejaren, dan hal-hal lain yang menurut Billy ia dapatkan dari tamu antar bintang ini.

George Adamski
George Adamski

Salahseorang contactee lain yang juga terkenal adalah George Adamski, yang mengaku berkomunikasi dengan para Alien dari ras Nordic. Perjumpaan pertamanya dengan Orthon[5], perwakilan ras tersebut, diawali pada 20 Nov 1952 dimana terdapat 12 orang saksi yang mengaku melihat UFO berbentuk kapal selam melayang di udara, ketika sedang bersama-sama Adamski di padang pasir Colorado Desert. Adamski kemudian mengaku dibawa berkeliling ke planet-planet Tata Surya, termasuk Venus tempat Orthon berasal.

Bukunya "Flying Saucers Have Landed" bisa diunduh gratis di sini, sedangkan untuk informasi lain dari Adamski bisa diperoleh dari websitenya disini.

Ras-ras luar angkasa ini dikabarkan datang dengan beragam tujuan, diantaranya untuk mengeluarkan masyarakat Bumi dari kondisi tak menentu ditengah-tengah perebutan kekuasaan oleh negara-negara adi daya, atau mengingatkan penduduk Bumi akan bencana global yang akan terjadi. Ada yang kelihatannya memiliki maksud sinis, namun menurut Stone terkait Project Moondust, sebagian besar hanya memperhatikan Bumi sebagai pihak yang netral; rutin mengawasi, mempelajari, namun tidak mau terlibat dalam kancah perebutan kekuasaan.

Penyelidikan Militer dan Ilmuwan

Project Blue Book

Langkah berarti yang dilakukan pemerintah AS pasca Perang Dunia II, adalah dengan membentuk beberapa komisi untuk menyelidiki laporan UFO sighting yang banyak bermunculan. Penelitian ini diawali dengan dibentuknya "Project Sign" pada 1947-1949, dilanjutkan dengan "Project Grudge" (1 dan 2) pada 1949 - 1952, dan diakhiri dengan "Project Blue Book" pada 1952 - 1969.

Hal yang membuat Project Blue Book diakhiri, ialah terbitnya "Condon Report" atau "Scientific Study of Unidentified Flying Objects" dari Universitas Colorado di tahun 1968, yang melakukan riset atas perintah AU AS.

Condon Report dibuat oleh tim peneliti University of Colorado yang dikepalai oleh Dr. Edward U. Condon atas perintah AU AS dengan tujuan untuk menyelidiki mengenai perlu atau tidaknya militer AS melakukan penelitian lebih lanjut atas fenomena UFO.

Laporan ini berhasil meyakinkan AU AS bahwa penelitian UFO tidaklah penting dan tidak perlu dilakukan karena tidak memberikan kontribusi apapun pada dunia ilmu pengetahuan, seperti tercermin dalam penelitian selama 21 tahun terakhir (semenjak insiden Roswell).

Laporan lengkap Condon Report ini bisa dibaca disini.

Namun walaupun rata-rata panel penyelidik dari ketiga proyek tadi menyimpulkan bahwa sekitar 90% hingga 95% laporan sighting adalah kesalahan identifikasi, fenomena alam, atau tipuan yang sengaja dibuat, 5% sisanya tetap menjadi misteri yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan modern walaupun data yang dikumpulkan cukup lengkap. Sedangkan dari dunia penelitian, beberapa ilmuwan berani untuk memiliki pendapat yang berbeda menanggapi Condon Report ini, diantaranya adalah James E. McDonald, seorang meteorologis di University of Arizona, dan J. Allen Hynek, astronomer sekaligus professior di Northwestern University, yang berani menyatakan secara publik ketidaksetujuan mereka atas kesimpulan panel. Mereka berpendapat bahwa sebagian kecil laporan sighting UFO yang tidak berhasil panel penyelidik pecahkan (5 - 10%) sudah cukup untuk dijadikan bukti bahwa Bumi telah dikunjungi pendatang dari peradaban asing dari luar angkasa.

Extraterrestrial Hypothesis (ETH)

J. Allen Hynek
J. Allen Hynek

Hynek sendiri adalah salahsatu ilmuwan penasehat pada ketiga proyek penelitian AU AS akan fenomena UFO, yang terlibat sejak mulainya Project Sign (1947), hingga berakhirnya Project Blue Book (1969). Awalnya, Hynek adalah seorang skeptis yang menganggap UFO hanyalah kasus kesalahan identifikasi fenomena alam atau obyek terbang biasa, yang dilaporkan oleh saksi-saksi yang tidak terpercaya. Dalam tahun-tahun pertamanya ia malah berfungsi sebagai seorang debunker, yang bertugas memberikan alasan-alasan logis dan ilmiah bahwa kasus penampakan UFO tidak pernah terjadi.

Namun pendapat ini kemudian berubah setelah Hynek mempelajari ratusan kasus penampakan UFO selama rentang belasan tahun, dimana ia mendapatkan banyak kesaksian yang dibuat oleh anggota masyarakat terpercaya semisal astronomer, pilot, polisi, dan tentara. Ia berpendapat bahwa dari sekian banyaknya penampakan UFO yang terjadi, beberapa diantaranya kemungkinan besar memang asli, dan mungkin saja berasal dari peradaban maju di luar angkasa sana. Pendapat mengenai identitas UFO sebagai kendaraan luar angkasa inilah yang menjadi inti dari teori Extraterrestrial Hypothesis (ETH).

Ditambah dengan pendapatnya bahwa AU AS sama sekali tidak serius dalam mempelajari UFO, dan sekedar berusaha untuk melabel semua kasus penampakan UFO sebagai kesalahan identifikasi atau hoax, setelah Project Blue Book berakhir Hynek kemudian mendirikan CUFOS (Center for UFO Studies), dan melakukan penelitian UFO secara independent hingga akhir hayatnya.

"As a scientist I must be mindful of the past; all too often it has happened that matters of great value to science were overlooked because the new phenomenon did not fit the accepted scientific outlook of the time." ~ J. Allen Hynek

Salahsatu karya Hynek yang terkenal, adalah klasifikasi jenis perjumpaan dengan UFO, yang kemudian menjadi landasan dari judul film Stephen Spielberg; “The Close Encounters of the Third Kind” (1977). Hynek sendiri secara luas dianggap sebagai Bapak konsep Scientific Analysis atas studi tentang UFO, baik terkait laporan maupun jejak yang ditinggalkan penampakan UFO.

Sistem Klasifikasi Hynek:

  • NL (Nocturnal Light) Point or extended luminous source observed at night.
  • DD (Daylight Disc) Metallic or whitish object seen in the day.
  • RV (Radar / Visual) Observation supplemented with radar.
  • CE-I (Close Encounter I) Observation of an object in close proximity to the witness (i.e. within 500’)
  • CE-II (Close Encounter II) Observation of an object in close proximity to the witness, where physical traces (impression, burn, medical effect, etc.) are left or (electrical effect, heat) are felt
  • CE-III (Close Encounter III) Close observation with animate beings associated with the object.
  • CE-IV (Close Encounter IV) Abduction of the witness or other direct contact

Sistem klasifikasi lain yang biasa dipakai adalah Sistem Klasifikasi Vallee, seorang Ufolog berkebangsaan Perancis, dianggap memiliki sistem klasifikasi yang lebih lengkap dibanding Hynek, namun kurang ilmiah.

ETH dan Sains

Menyikapi teori ETH, ilmuwan-ilmuwan yang skeptis cenderung memilih untuk tidak mempercayai teori mengenai UFO sebagai tamu antar planet, terutama karena tidak adanya bukti ilmiah yang cukup kuat untuk mendukung teori tersebut. Adanya laporan saksi mata, bekas-bekas fisik dan kadar radioaktif yang meninggi pada lokasi pendaratan, ataupun foto-foto yang diambil, dianggap masih kurang kuat untuk menjadi landasan bagi suatu kesimpulan ilmiah, apalagi berdasarkan hukum Fisika yang dikenal, perjalanan menembus kecepatan cahaya adalah hal yang tidak mungkin.

Namun walaupun demikian, beberapa dari ilmuwan skeptis ini tidak menutup mata sama sekali akan kemungkinan ini, seperti yang Sir Martin Reese, Carl Sagan dan William Newman percayai, "Absence of evidence doesn't mean evidence of absence" (ketiadaan bukti tidak berarti bukti dari ketiadaan).

The "Wow" Sign yang ditemukan Ohio State University

Namun diluar dari pertentangan antara Ufolog dan UFO-Skeptis, dalam aplikasi yang berbeda, teori mengenai adanya peradaban maju diluar angkasa ini mendapat dukungan paling besar dari kaum ilmuwan dan pemerintah negara-negara maju. Hal ini terbukti dengan didirikannya beragam fasilitas penelitian untuk meneliti kemungkinan adanya mahluk cerdas diluar angkasa sana, misalnya proyek SETI (Search for Extra Terrestrial Intelligence) yang memanfaatkan rangkaian teleskop-teleskop radio di padang Arecibo, Arizona.

Semenjak beroperasi, proyek SETI telah beberapa kali menangkap kode sinyal yang diduga berasal dari peradaban maju diluar angkasa, namun belum satupun yang berhasil dipecahkan. Salahsatunya adalah yang dikenal sebagai "Wow" Signal yang ditemukan oleh tim Ohio State University pada 15 Agustus 1977 yang hingga kini masih tidak terpecahkan. Data yang didapatkan sendiri bukanlah pesan rahasia berbunyi "Wow", namun lebih kepada adanya anomali terdeteksi pada suatu penginderaan, yang bisa jadi menunjukkan tanda sinyal tersebut berasal dai sumber artifisial.

Interpretasi lebih mendalam mengenai "Wow" Signal ini bisa dibaca disini.

Keraguan atas ETH

Walaupun merupakan salahsatu penggagas, J. Allen Hynek sendiri kemudian muncul sebagai Ufolog yang meragukan teori ETH ini, dan mengajukan suatu ide bahwa mungkin saja UFO ini datang tidak dari bintang yang jauh melainkan dari tempat yang dekat, namun berbeda dimensi. Hal ini menurutnya merupakan penjelasan yang lebih logis terhadap terjadinya ribuan penampakan UFO tiap tahunnya, karena dengan sedemikian banyaknya sighting selama bertahun-tahun, maka UFO tidaklah mungkin berasal dari tempat yang jauh.

Namun sebagian Ufolog tetap bertahan dengan teori ini, diantaranya seperti yang dilakukan oleh James E. Mc Donald, Ufolog sekaligus Doktor di bidang Meteorologi. Menurutnya, ETH bukanlah suatu teori tak terbantahkan namun adalah suatu "working model" yang tidak bisa diabaikan. Pada 7 Juni 1967, melalui kedekatannya dengan U Thant (Maha Thray Sithu U Thant), Sekjen PBB pada masa itu, ia diberikan kesempatan untuk berbicara di hadapan Outer Space Affairs Group PBB.

Pandangan Mc Donald mengenai UFO bisa diunduh dalam tulisan berjudul "Statement on Unidentified Flying Objects" dari sini (PDF).

Adapun Edward J. Ruppelt, mantan pemimpin Project Blue Book, sekaligus individu yang terkenal sebagai penggagas istilah "UFO" menggantikan istilah "Flying Saucers", setelah pensiun dari Project Blue Book kemudian menuliskan sendiri pengalaman dan sudut pandangnya mengenai UFO dalam suatu buku berjudul "The Report on Unidentified Flying Objects". Sebagai kesimpulannya, setelah berhasil membuktikan sebagian besar laporan penampakan UFO sebagai kesalahan idetifikasi, ia tetap mendapati adanya sebagian laporan yang tidak bisa dijelaskan, dan melibatkan adanya peranan teknologi tinggi yang jauh melebihi kemampuan manusia. Iapun menutup bukunya tersebut dengan suatu pernyataan:

"Maybe the earth is being visited by interplanetary spaceships. Only time will tell."

Buku Ruppelt ini bisa dibaca online disini, atau diunduh dari laman Project Guttenberg disini.

Pertanyaan besarnya adalah, dengan munculnya tulisan-tulisan yang menyatakan isi pemikiran para dedengkot dari Project Blue Book, apakah ini menunjukkan bahwa serangkaian penelitian yang dilakukan AU AS telah berhasil membuktikan bahwa UFO hanyalah kesalahan identifikasi? Ataukah justru sebaliknya?

Apakah betul UFO merupakan bukti adanya peradaban maju tak dikenal diluar angkasa sana? Apakah saksi-saksi yang mengaku dapat berkomunikasi dengan Ufonaut mengatakan hal yang sebenarnya? Apakah benar pada saat ini ada ras mahluk asing yang sedang mendatangi Bumi? Ataukah justru sebenarnya mereka telah memantau dan berinteraksi dengan kita (manusia) sejak masa yang sangat lampau?

(Bersambung ke bagian selanjutnya...)

(bay)

Referensi:

[1] http://kevinrandle.blogspot.com/2009/10/roswell-ufo-and-jesse-marcel.html

[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Freedom_of_Information_Act_%28United_States%29

[4] http://www.steelmarkonline.com/semjase.htm

Sabtu, 30 Januari 2010

Klasifikasi Jenis UFO

Ada beragam jenis UFO yang teramati dalam aneka fenomena penampakan UFO. Dari sekian banyaknya kasus penampakan, maka walaupun semuanya memiliki karakteristik yang mencengangkan, namun ternyata ada beberapa karakteristik perilaku yang khas dan unik yang kelihatannya bisa dijadikan dasar hipotesa untuk pengelompokan, sekaligus menunjukkan fungsi dan tugas dari masing-masing jenis UFO tersebut:

  1. Probe
    UFO jenis ini biasanya berukuran kecil dan berbentuk bulat; garis tengah mulai belasan cm hingga dibawah 1 m, biasanya diketahui mengiringi penerbangan benda-benda terbang buatan manusia, mulai dari pesawat komersil, pesawat tempur, hingga peluru kendali dan roket. Dalam kemunculannya, UFO jenis ini biasanya mengikuti secara lekat obyek dampingannya selama beberapa waktu, dan kemudian melesat terbang menjauh hilang dari pandangan. Contoh yang paling terkenal adalah fenomena "Foo Fighters" pada era Perang Dunia II. Tugas utama Probe diduga adalah penginderaan untuk pengumpulan data teknis, karena itulah mereka seringkali teramati muncul mengiringi benda-benda hasil teknologi canggih.

  2. Drone
    UFO jenis ini biasanya memiliki ukuran lebih besar daripada Probe, hingga ke ukuran yang memungkinkan adanya pilot atau penumpang; namun demikian sebenarnya mereka adalah pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh. UFO jenis ini biasanya memiliki bentuk yang sederhana, geometris, atau tidak jelas karena jenis pencahayaan iluminasi yang mereka miliki; pesawat yang memancarkan cahaya, bukan pesawat yang memiliki lampu. Salahsatu keistimewaan UFO jenis ini adalah mereka dapat berubah bentuk (morphing), dan membelah diri. Tugas dari Drone diduga adalah pengamatan dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, atau data yang dicari adalah dari jenis yang lebih kompleks, terhadap beragam obyek di suatu lokasi misalnya. Drone seringkali teramati muncul mengamati instalasi sipil maupun militer yang dianggap penting dan memiliki keterkaitan dengan teknologi tinggi, misalnya bandara udara, kilang minyak, pembangkit listrik, hingga ke silo rudal, dan instalasi nuklir.

  3. Scout
    Ufo jenis ini biasanya memiliki ukuran sedang, lebih besar dari drone, dan bisa ditumpangi oleh beberapa penumpang; masih memiliki bentuk yang geometris namun dengan komponen dan detail yang lebih kompleks dan mengindikasikan adanya kokpit atau ruangan berpenumpang. UFO jenis ini pula biasanya memiliki kemampuan cloaking: visual dan radar, namun kemampuan ini bukanlah fitur default karena banyak UFO jenis ini awalnya terdeteksi radar atau visual, dan baru menghilang dari deteksi setelah beberapa waktu, atau setelah dikejar. Kala menghilang, banyak saksi melaporkan UFO yang "lenyap" didepan mata mereka, baik sekejap mata maupun yang dalam tahapan gradasi. Karena karakteristik cloaking hanya sekedar menyamarkan, maka UFO jenis ini masih rentan terhadap faktor fisik, baik buatan manusia (senjata), maupun alamiah (badai, petir). Karena berpenumpang maka UFO jenis ini tidak bisa membelah diri atau melakukan morphing secara radikal. Scout biasanya dikirimkan untuk tugas pemantauan non-teknis, intel, atau yang membutuhkan interaksi terhadap mahluk hidup, termasuk manusia. Scout adalah jenis yang paling sering jatuh, dan seringkali terlihat setelah penampakan Ufonaut di suatu daerah.

  4. Tactical Ship
    UFO jenis ini memiliki ukuran yang besar, dengan garis tengah atau panjang yang bisa mencapai 30m. Bentuk yang lazim dijumpai adalah piringan (disc), cerutu (cigar), dan segitiga (triangle). UFO jenis ini memiliki penumpang dalam jumlah banyak, dan biasanya tidak terlibat langsung dalam suatu aktivitas tertentu, selain mengamati dari jarak dekat obyek penelitiannya. Tactical ship diperkirakan memiliki fungsi sebagai koordinator dari armada UFO yang lebih kecil. UFO jenis ini seringkali dikabarkan mengejutkan pesawat terbang komersil dengan kemunculannya yang tiba-tiba; dengan kecepatan yang luar biasa melesat seakan hendak menabrakkan diri, namun kemudian berhenti hanya beberapa meter saja dari pesawat tersebut dan mengiringinya untuk beberapa waktu; sebelum akhirnya melesat meninggalkan pesawat dan menghilang dari pandangan. Pesawat jenis ini terdeteksi bisa memiliki kecepatan hingga sekitar Mach 90 di dalam atmosfer Bumi.

  5. Frigate
    UFO berukuran sangat besar, beberapa dilaporkan memiliki garis tengah hingga 100an meter. Paling sering teramati secara tidak sengaja dalam kondisi mereka paling lemah; saat memasuki atau keluar dari badan air. UFO jenis ini relatif jarang teramati, dan jikapun iya maka biasanya hanya dalam waktu singkat. Diperkirakan tidak terlibat dalam kegiatan langsung penelitian atau pengumpulan data, tapi lebih kepada sarana transportasi jarak jauh untuk jumlah penumpang sangat banyak.

  6. Capital Ship
    UFO berukuran raksasa, sangat jarang teramati kecuali dalam beberapa kasus langka. Diantaranya, dalam laporan rahasia Uni Sovyet yang memuat gambar terakhir yang dikirim satelitnya di Mars, sebelum satelit tersebut dinyatakan hilang; atau yang diperkirakan teramati sedang mengorbit Saturnus diantara bongkahan es di cincinnya, seperti diulas dalam buku "Ring Makers of Saturn". Perkiraan panjang atau garis tengah ada di kisaran seribuan meter. Fungsi diperkirakan sebagai basis operasi, atau koordinasi aksi untuk sebuah planet obyek sasaran. Atau untuk fungsi keamanan.

  7. Galactic Ship
    UFO berukuran planetary, diperkirakan berulangkali teramati oleh teropong pengamat Matahari: SOHO, sebagai obyek misterius yang melintasi Matahari. Hasil perhitungan terhadap jejak citra di gambar menghasilkan perkiraan UFO jenis ini memiliki ukuran sebesar planet.
Jika telah disempurnakan, klasifikasi ini akan membantu untuk mendeteksi jenis kegiatan UFO apakah yang sedang berlangsung di suatu lokasi, dan seberapa jauhnya penetrasi UFO di daerah tersebut. Misalnya konsentrasi penampakan UFO kelas Frigate di suatu daerah, bisa jadi menunjukkan adanya pangkalan UFO di daerah tersebut, seperti yang didugakan banyak pengamat mengenai Area-51. Jika terjadi konsentrasi kemunculan UFO jenis Probe atau Drone, maka berarti ada obyek penting di daerah tersebut; baik hasil teknologi tinggi, maupun berupa sumber daya alam kritis semisal Uranium, atau anomali alam. Scout, berarti ada obyek penelitian organik, atau bisa jadi berarti ada contactee di daerah sekitar situ.

Adapun halnya UFO yang sering teramati di Indonesia, rata-rata tergolong kelas Scout dan Drone; indikasi bahwa Indonesia cenderung memiliki banyak human interest dan kekayaan biologis? (bay)


Istilah UFO salah kaprah?

Walaupun merupakan istilah yang "diperbarui", Unidentified Flying Object (UFO) pada dasarnya adalah istilah yang mewakili pernyataan sikap AU AS atas kemunculan fenomena-fenomena asing di angkasa; penggunaan istilah ini secara netral memandang fenomena tersebut sebagai suatu hal yang tidak (belum) bisa diidentifikasi berdasarkan standar ilmiah yang dipakai.

Penggunaan istilah ini sendiri beralasan, karena langkah awal dari penelitian-penelitian yang dilakukan AU AS (Project Grudge, Blue Book) adalah penelitian mengenai keabsahan peristiwa penampakan yang terjadi -- dan seringkali berakhir disini, karena statistik kemudian menunjukkan bahwa sekitar 90% kasus penampakan UFO yang dilaporkan adalah penampakan fenomena alam biasa, atau benda terbang dikenal yang salah diidentifikasi. Adapun sisanya, sekitar 5% dianggap tidak bisa disimpulkan karena kekurangan data, namun 5% sisanya tidak pernah bisa dijelaskan karena tidak termasuk apapun yang dunia kenali, dan nyata-nyata melibatkan teknologi dengan tingkat yang jauh diatas pencapaian manusia. Terhadap jenis terakhir ini sayangnya, AU AS tidak memiliki istilah khusus; pada saat belum diverifikasi namanya UFO, pun setelah diketahui ia bukanlah kesalahan identifikasi, namanya tetap UFO.

Bukannya berarti bahwa 5% kasus tak terjelaskan sudah secara pasti menunjukkan identitas si pesawat terbang misterius, namun istilah yang disematkan seharusnya sudah mencerminkan "legalitas" kasus penampakan tersebut: pesawat terbang misterius yang asing, serta terkonfirmasi bukan berasal dari teknologi yang dikenal manusia Bumi -- dengan asumsi bahwa AU AS dianggap mewakili negara dengan pencapaian teknologi aeronautika tertinggi di dunia.

Bercermin dari hal ini, sebenarnya istilah "piring terbang" memiliki konotasi yang lebih tepat: pesawat antariksa dari planet lain; walaupun tidak semua pesawat terbang misterius tersebut berbentuk piringan, ataupun terkonfirmasi asalnya dari luar Bumi.

Adakah istilah yang lebih tepat untuk fenomena penampakan pesawat terbang misterius ini? Di Indonesia sendiri usaha ini setidaknya pernah dilakukan oleh J. Salatun yang mengeluarkan istilah "BETA" atau "Benda Terbang Aneh", dan C.M. Tanadi dengan "Betebedi" atau "Benda Terbang Belum Dikenal". Di dunia internasional pun ada negara-negara yang memiliki istilah tersendiri bagi fenomena ini, namun secara internasional tidak ada perubahan: istilah UFO disematkan baik bagi kasus penampakan yang belum terverifikasi, maupun yang telah teruji sebagai pesawat asing misterius.

Walaupun hanya istilah, namun dualisme pengartian ini ternyata menimbulkan beragam masalah, diantaranya definisi. Penulis sempat beradu argumen dengan seorang pembaca di situs Kompasiana.com ketika membahas mengenai UFO; walaupun sudah dijelaskan definisi UFO yang dibahas penulis mengacu pada "verified UFO", si pembaca tersebut keukeuh mengasu pada definisi UFO secara umum, dan tidak boleh ada definisi lain untuk istilah ini. Masalah lainnya adalah mindset atau pola pikir: istilah "unidentified" mencerminkan negativisme, ketidak mampuan dalam mencari kejelasan; istilah ini akan menyematkan kesan bahwa penelitian mengenai fenomena UFO hanya akan berakhir pada jalan buntu berupa ketidakjelasan. Padahal pada kasus penampakan UFO yang sudah terverifikasi, jelas dibuktikan keberadaan pesawat-pesawat terbang asing misterius, walaupun dengan asal-usul yang masih dipertanyakan.

Jadi, seharusnya, ada pembaruan istilah terhadap UFO ini. Ada saran? (bay)

Senin, 25 Januari 2010

Ufologi dan Telepati

Menurut Clifford Stone, Ufolog yang pernah terlibat dalam Project Moondust untuk mengevakuasi UFO yang jatuh, mayoritas para Ufonauts berkomunikasi secara telepati. Telepati itu seperti berbicara pada suara-suara di kepala anda; perlu latihan untuk bisa menyaring mana yang self-thought dan mana yang berasal bukan dari diri kita sendiri. Stone sendiri berujar bahwa kemampuan telepati tidak bisa diajarkan, jadi kalau nggak punya, ya nggak bisa. Maka dari itu mereka yang memiliki kemampuan telepati biasanya memiliki kemungkinan yang besar untuk dijadikan contactee atau penghubung dari ras-ras Ufonaut, dan jika seseorang telah ditunjuk untuk menjadi contactee untuk suatu ras Ufonaut, biasanya ia hanya akan berkomunikasi dengan ras tersebut dan mengalami encounter dengan UFO maupun perwakilan ras-ras ini jauh sejak masih berusia sangat muda.

Telepati sendiri, bekerja dalam suatu sistem yang masih sangat asing bagi dunia ilmu pengetahuan, namun satu hal yang pasti, ia ada. Jika apa yang Stone katakan benar adanya; dan yang rekan-rekan Metafisikawan benar kabarkan, bahwa para Ufonaut ini banyak yang bersifat energi daripada fisik; berarti para Ufolog mau tidak mau harus mempertimbangkan ESP (Extra Sensory Perception) sebagai salahsatu bidang studinya, sehingga pendekatan penelitiannya harus tidak dibatasi semata-mata para tools yang terkait teknologi.

Namun hal ini tentunya tidak tanpa resiko. Penerimaan Ufologi akan materi metafisika di sisi lain akan membuat penyematan status Ufologi sebagai pseudo science semakin menebal di mata para ilmuwan konvensional.

Namun kalau kita mau turut mempertanyakan, betulkah hal-hal terkait supranatural, parapsychology, psychic phenomena, metafisika, semuanya adalah sekedar mistik dan tidak memiliki landasan ilmiah? Mungkin belum, tapi nyatanya ada, berarti ilmu pengetahuanlah yang belum bisa mencapainya. Sudahkah ilmu pengetahuan mampu menjelaskan akal-pikiran (mind), kesadaran (consciousness), dan nyawa (soul)?

Sanggupkah kita menutup mata bahwa manusia itu lebih dari sekedar sistem biologi maupun fisika? Bahwa ada atribut-atribut lain dan dimensi-dimensi lain dari manusia yang lebih dari sekedar logika dan rasionalitas pikiran? Bahwa manusia adalah sekedar bentuk fisik dari suatu energi yang kita kenal sebagai nyawa?

Jadi dengan resiko Ufolog akan semakin dianggap "weirdo", maka kalau studi tentang ESP ini bisa meningkatkan pemahaman atas fenomena UFO, dan manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya, kenapa nggak?

ESP - Apa yang harus dipelajari

Dari sekian banyak skill yang terdeteksi berada dalam ranah ESP, maka kelihatannya Telepati adalah yang paling penting untuk dikembangkan. Telekinetik is cool, tapi aplikasi dalam Ufologinya relatif kecil; sedangkan Clairvoyance atau Precognition membantu memperkuat firasat tapi tidak terkait secara spesifik kepada Ufologi. Dan walaupun menurut Stone kemampuan telepati itu is either we born with or without, tapi banyak pelatihan di dunia ini yang bisa membantu kita untuk meningkatkan kesadaran dalam level pikiran yang berbeda, termasuk kemampuan telepati ini. Jadi mungkin walaupun kemampuan telepatik anda tidak akan pernah bisa sekuat para chosen contactee, anda tetap bisa mengasahnya ke tingkat yang maksimal berdasarkan modal yang anda miliki. Jangan lupa, latihan dan pembentukan yang rutin adalah lebih berharga daripada bahan baku bagus yang tidak diolah. (bay)

n.b: Ada satu freeware menarik terkait pelatihan Telepati disini. Ada yang sudah pernah mempraktikkan? Silakan di-share disini.

Jumat, 22 Januari 2010

Benda Terbang Misterius di kaki Gunung Cikurai, 2008


Image ini diambil pada tahun 2008 lalu, di kaki Gunung Cikurai, Garut. Obyek terlihat sedang menurun perlahan dalam arah diagonal nyaris horizontal. Setelah diteliti dari hasil foto, obyek terlihat seperti sebuah balon udara berbentuk kenari (click gambar untuk memperbesar), namun tanpa terlihat adanya obyek yang tergantung dari balon tersebut. Ada yang tahu apa di daerah Cikuray sana beroperasi balon udara seperti ini? (bay)

Kamis, 21 Januari 2010

5 UFO diatas Bandung, 14 Jan 2010

This video said to be taken on Jan 14th 2010, showing UFO in formation hovering low above the sky.



It is said to be taken in Bandung, Indonesia. Though no specific location proof presented, the people do speaks in Sundanese.

Was it really UFO? What do you think? (bay)

By the way of Bintanagro

Rabu, 06 Januari 2010

UFO - Senjata Rahasia Perang

Catatan: Tulisan ini merupakan bagian dari kumpulan teori mengenai "Asal-Usul UFO", dan merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya di sini, dan versi pembaruannya ada di sini: http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/15/asal-usul-ufo/

Berkecamuknya Perang Dunia I pada 1914-1918 telah menimbulkan ketegangan yang besar antara negara-negara di dunia, baik yang terlibat langsung dalam peperangan, maupun yang merasa terancam oleh situasi dunia yang semakin memburuk. Karena kondisi ini maka penampakan UFO pada awal abad ke-20 seringkali dikaitkan dengan kecurigaan terhadap perkembangan teknologi perang negara yang sedang saling bertikai.

Salahsatu penelitian awal mengenai fenomena UFO di dunia, terjadi di Australia pada tahun 1920. Pada 21 Agustus 1920, kapal laut SS Amelia J. Schooner berawakkan 13 orang dan mengangkut muatan batu bara, menghilang di Selat Bass, selatan New South Wales, Australia, dalam perjalanannya dari Newcastle menuju Hobart. Selat Bass adalah selat yang memisahkan daratan Australia dengan pulau Tasmania di sebelah Selatan, dikenal memiliki cuaca yang ganas dan rawan badai sehingga banyak kapal yang melintas disana hilang karena tenggelam. Namun walau setelah pencarian yang extensive, tim pencari yang dikirimkan pemerintah Australia ke selat ini tidak berhasil menemukan jejak Amelie, baik puing ataupun sisa dari badan kapal seandainya saja SS Amelia J memang mengalami musibah dan hancur[1].

Untuk menambahkan kejanggalan, salahsatu pesawat terbang dalam misi pencarian yang dipiloti Captain W. Stutt ternyata menemui nasib yang sama, hilang tanpa jejak dan tak diketahui lagi nasibnya [2] . Uniknya, peristiwa hilangnya mereka ini ternyata terjadi setelah adanya laporan-laporan nelayan setempat mengenai munculnya sinar-sinar misterius di daerah sekitar tempat masuk Selat Bass [3]. AU Australia mulanya mengira sinar-sinar tersebut dihasilkan oleh roket dari kapal selam pengintai Jepang jenis baru, namun serangkaian penelitian yang kemudian mereka lakukan berbuah nihil, dan peristiwa menghilangnya pesawat udara setelah muncul fenomena misterius, kembali terulang pada tahun 1978 dalam peristiwa yang dikenal sebagai "The Valentich Mistery" [4].

Mungkinkah ada negara asing yang berulangkali mencoba memasuki wilayah Australia dari arah Selatan? Apakah pada saat itu Jepang memiliki kemampuan untuk melakukan ekspedisi pengintaian dengan jarak sejauh hampir 9.000 Km?[5]. Selain itu, tim penyelidik tidak pernah menemukan bekas-bekas kapal yang hancur oleh penyerangan negara asing tersebut.

Apakah ini berarti ada pihak misterius yang terlibat dalam menghilangnya kapal laut dan pesawat udara tersebut? Lalu apakah hal serupa terjadi pula di lain penjuru dunia lain? Bagaimanakah kondisi negara lain pada era yang sama?

Pesawat Terbang Hantu

Di Eropa, fenomena penampakan UFO modern diawali pada tahun 1933 dengan laporan dari banyak saksi mata di Skandinavia, atas munculnya pesawat-pesawat terbang misterius. Pesawat misterius ini memiliki bentuk mirip dengan "biplane"; pesawat terbang bersayap ganda bermesin tunggal, namun seringkali dikabarkan terbang pada kondisi cuaca sangat buruk, yang seharusnya sudah membuat pesawat sejenis ini jatuh hancur. Mereka juga dikabarkan seringkali terlihat sedang memutari suatu tempat sambil menyalakan lampu sorot yang kuat. Selain di Skandinavia, fenomena ini terjadi juga di Inggris dan beberapa negara Eropa lain walau dengan frekuensi yang lebih jarang[6]. Anehnya walaupun dilaporkan penampakan pesawat terbang ini hampir selalu diiringi bunyi mesin, namun tak jarang pesawat-pesawat ini terlihat melakukan manuver dalam ketinggian rendah tanpa suara sama sekali.

Atas kemisteriusan identitasnya, pesawat-pesawat terbang ini lalu dijuluki “Pesawat Terbang Hantu” (Ghost Aircraft) . Banyak negara Eropa menganggap kalau pesawat terbang hantu ini berasal dari Jepang untuk memata-matai Eropa[1], namun jika dilihat secara realistis, tidak ada negara manapun pada masa itu yang mampu untuk mengadakan ekspedisi dalam skala sebesar itu, terlebih Jepang.

Mungkinkah ini berarti ada pihak misterius yang tertarik dengan kondisi dunia diambang peperangan global di masa tersebut? Apakah mereka mempergunakan teknologi canggih untuk memodifikasi pesawat terbang konvensional hingga memiliki kemampuan yang lebih baik? Atau apakah Pesawat Terbang Hantu ini merupakan prototype, atau cikal bakal dari jenis UFO yang lebih canggih? Ataukah justru sebenarnya “Pesawat Terbang Hantu” adalah UFO yang menyamar dalam bentuk yang lebih tak mencurigakan?

Foo Fighter

Pada tahun 1942 – 1945 dunia kembali diguncang dengan perang berskala global. Perang Dunia II berkecamuk antara negara-negara “Sekutu”; Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belgia, Russia, Polandia, dll., yang berusaha menghambat gerak invasi negara-negara “Poros”; Jerman, Jepang, Italia. Pada masa ini pilot pesawat tempur dan pesawat pembom dari kedua kubu yang bertentangan seringkali dibuat bingung dengan fenomena munculnya benda-benda terbang aneh mengiringi misi yang mereka jalankan.

Bola-bola terbang bercahaya berukuran sekitar 30 – 60 cm digambarkan sering muncul disekitar pesawat terbang dalam misi militer, dan melakukan gerakan-gerakan manuver lincah yang menunjukkan adanya semacam kecerdasan buatan. Umumnya benda-benda ini memancarkan sinar oranye kemerahan ketika dalam kecepatan rendah, dan berwarna putih terang jika sedang terbang cepat.

Pada masa itu, pilot-pilot menamai benda-benda asing tersebut sebagai "Foo Fighter". Istilah ini mulai marak dipakai pada sekitar tahun 1945 di kubu AU AS sewaktu mengusung misi pemboman Jerman[7]. Awalnya mereka mengira benda-benda asing ini sebagai eksperimen rahasia negara Jerman, dugaan ini didukung dengan berhentinya pemunculan Foo Fighters ketika Sekutu berhasil merebut pangkalan-pangkalan udara eksperimental Jerman di sebelah Timur sungai Rhine. Adapun pemakaian kata “Foo” sendiri tidak memiliki sejarah yang jelas. Ada dugaan ia diambil dari istilah "where there's foo, there's fire" dari Smokey Stover; sebuah komik strip yang ngetop di AS pada sekitar tahun 30an. Namun sebagian ada juga yang menduga kata "Foo" ini diambil dari kata “Feu” yang berarti “Api” dalam bahasa Perancis, mewakili penampakan Foo Fighter yang mirip bola api.

Menurut laporan intelijen, kedua kubu yang berperang sama-sama menganggap kalau fenomena tersebut adalah senjata rahasia dari pihak lawan, walaupun dari sekian banyak kasus perjumpaan yang dilaporkan, tidak ada indikasi benda-benda ini bertindak agresif, ataupun memiliki fungsi tempur.

Foo Fighters di Langit Indonesia

Di wilayah Indonesia sendiri pada era yang sama, sempat dilaporkan juga kemunculan benda terbang misterius serupa Foo Fighter. Kejadian ini dialami oleh pilot Sekutu dalam upayanya memerangi pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam suatu misi pengeboman Palembang tanggal 10 Agustus 1944, pilot pembom B-29 Sekutu Kapten Alvah M. Reida yang berpangkalan di Kharagaphur, India, dikejutkan oleh munculnya piringan metalik bercahaya oranye di samping kanan sayap ketika pesawat telah meninggalkan sasaran [8]. Pilot lalu mencoba melakukan manuver menghindar namun ternyata bisa diikuti piringan asing begaris tengah 1,5 - 2 meter tersebut dengan mudah. Setelah delapan menit mengikuti, benda asing tersebut tiba-tiba berbelok tajam dan menghilang dalam waktu sangat cepat.

Wayne Thomas, Jr, seorang mantan petugas intelijen bagi grup B-29 yang ditempatkan di Tinian juga mengkonfirmasikan bahwa laporan semacam ini adalah hal yang sering terjadi di area Peperangan Asia. Mereka digambarkan biasanya mengikuti pesawat pembom selama beberapa menit sebelum akhirnya memisahkan diri.

Melihat karakternya yang gemar mengikuti pesawat tempur dari jarak dekat, apakah Foo Fighters ini sebenarnya merupakan semacam probe, atau robot pengindera yang memindai dan mengumpulkan data teknis pesawat terbang secara wireless? Betulkah Jerman pada masa itu telah menguasai teknologi secanggih itu?

NAZI UFO

Didukung dengan kesaksian beberapa ilmuwan yang mengaku mengetahui keberadaan eksperimen-eksperimen rahasia Jerman di masa itu, termasuk diantaranya pengembangan model Hauneburg-Geräte atau disingkat "Haunebu", muncul suatu dugaan kalau fenomena Foo Fighter memang didalangi oleh Jerman, dan banyak UFO yang terlihat pada masa itu sebenarnya adalah senjata rahasia dari Jerman dalam tahap pengembangannya. Teknologi ini konon diambil Jerman dengan cara retro-engineering dari sebuah UFO yang jatuh pada sekitar tahun 1930an.

Salahsatu kesaksian misalnya, dilakukan oleh Giuseppe Belluzzo, seorang professor dan Italian Minister of National Economy pada masa rezim Mussolini. Pada awal tahun 1950an ia sempat menulis sebuah artikel di harian "Il Giornale d'Italia" dengan kutipan sebagai berikut:

"types of flying discs were designed and studied in Germany and Italy as early as 1942"

Beberapa ilmuwan dan engineers, juga kemudian muncul dan mengakui mengetahui atau bahkan pernah terlibat dalam proyek pembuatan piring terbang di masa NAZI berkuasa di Jerman. Pada masa akhir perang, teknologi piring terbang ini kemudian dialihkan ke Chekoslovakia untuk diproduksi lebih lanjut, sedangkan prototype yang selamat dari perang diungsikan ke pangkalan rahasia Jerman di Antartika, Kutub Selatan. Disana para ilmuwan Nazi dan petinggi SS yang tersisa kemudian melanjutkan eksperimen mereka dan menyempurnakan teknologi piring terbang tersebut.

Namun karena lemahnya bukti yang bisa mereka ajukan, tidak adanya data-data mendetail yang bisa dipelajari, maka pendapat mengenai UFO sebagai senjata rahasia NAZI ini hanya sedikit saja yang menganggap serius. Walaupun NAZI semasa berkuasanya mungkin telah berhasil menciptakan mesin perang yang canggih, seperti misalnya roket V2, namun NAZI pasca perang dianggap sudah musnah, atau tidak memiliki lagi kemampuan untuk membangun peralatan tempur canggih, apalagi semisal piring terbang.

Fenomena Foo Fighters kemudian sempat mengalami masa surut setelah Perang Dunia II berakhir, namun kembali marak di sekitar tahun 50an, termasuk diantaranya dalam era Perang Korea[9]. Hal ini bagi sebagian Ufolog dianggap menggugurkan dugaan mengenai identitasnya sebagai pesawat eksperimen Jerman, dan mulai menimbulkan dugaan lain atas asal-usul fenomena ini; jika bukan Jerman atau Negara Poros lainnya, lantas siapakah sebenarnya dalang dibalik kemunculan fenomena UFO ini?

Kemudian seiring dengan tetap terjadinya UFO sighting, ditambah dengan terjadinya beberapa UFO encounters yang cukup informatif untuk diteliti, lambat-laun para pengamat pun dapat memperhatikan dengan lebih detail mengenai fenomena penampakan UFO. Hal yang mulai diperhatikan dan diteliti mencakup kinerja; perkiraan kecepatan, kemampuan manuver, dll., dan atribut fisiknya; bentuk fisik, cahaya, semburan gas, materi yang dipakai, dll. Ketika semakin diyakini kalau teknologi yang UFO miliki ternyata masih berada jauh diatas kemampuan yang dimiliki negara Adidaya manapun, maka mulailah muncul dugaan kalau UFO mungkin saja tidak berasal dari Bumi.

Mungkinkah ada suatu peradaban luar angkasa tak dikenal dengan teknologi sangat maju, sedang memiliki ketertarikan terhadap kehidupan manusia di Bumi? Dan mereka mengirimkan pasukan pengintainya untuk melakukan survey; meneliti mengenai perkembangan teknologi yang kita kuasai untuk mengetahui tingkat ancaman yang mungkin diberikan manusia Bumi?

(Bersambung ke bagian selanjutnya...)

(bay)

Referensi:

[1] Good, Timothy: "Beyond Top Secret", London - PanBooks, 1997.

[2] “Gabo Island Shipwreck”, http://oceans1.customer.netspace.net.au/gabo-wrecks.html, Feb 2005

[3] "STRANGE LIGHTS AND VANISHINGS", http://www.project1947.com/bcausenc.htm, 1997

[4] http://www.ufoevidence.org/cases/case24.htm

[5] http://www.timeanddate.com/worldclock/distanceresult.html?p1=248&p2=396

[6] "A Quick Reference Timeline", http://www.alienjigsaw.com/pom1.html

[7] http://en.wikipedia.org/wiki/Foo_fighter

[8] "Historical Sightings; 1942 - 1946", http://www.bibleufo.com/ufos902.htm

[9] "Extraterrestrial Psychology", 1988, Richard Hall, http://www.nicap.org/ncp/ncp-hall2.htm

[10] "Ghost Rockets", http://www.bibliotecapleyades.net/ciencia/ufo_briefingdocument/1946.htm