Jumat, 25 Mei 2007

UFO Watch: Sighting di langit Depok

Pada akhir April 07, dari daerah Beji - Depok, beberapa saksi mata melaporkan penampakan tiga buah cahaya asing di langit malam. Cahaya asing tersebut lantas melakukan manuver-manuver tak biasa, sehingga besar kemungkinan apa yang mereka saksikan saat itu adalah UFO.

(click gambar untuk memperbesar)

Karena waktu sighting masih berdekatan dengan dimuatnya postingan ini, maka ada baiknya anda yang berada di daerah situ rajin-rajinlah mengecek langit malam. Karena jika dikaitkan dengan kebiasaan UFO untuk muncul dalam suatu gelombang penampakan, maka ada kemungkinan UFO tersebut akan muncul kembali.

Untuk cerita lengkapnya silakan mampir ke:
http://srisariningdiyah.multiply.com/journal/item/314
http://bh4kt1.multiply.com/journal/item/17

Foto-foto dari Arie (srisariningdiyah)
(bay)



Senin, 21 Mei 2007

Status Quo Untuk UFO (arsip berita)


Status Quo Untuk UFO

Sejak diteliti serius mulai tahun 1947, hingga kini misteri kehadiran makhluk asing
(UFO) masih saja tak terpecahkan. Tak pernah ada kesimpulan ilmiah yang
menggembirakan. Sebaliknya, malah cenderung makin membingungkan. Tak
kurang dari penerbang tempur Indonesia pernah menguntitnya!

Setiap kali berbicara tentang UFO (Unidentified Flying Object) atau yang kerap juga disebut sebagai piring terbang berikut makhluk asingnya, pikiran kita memang seolah terbawa pada hal-hal tak pasti karena minimnya saksi. Sedemikian tak pastinya, hingga tak sedikit yang kemudian memandangnya skeptis. Namun hal ini bukan berarti tak ada pihak yang memperhatikan masalah-masalah ajaib ini.

Beberapa waktu lalu, perihal UFO mendapat tempat istimewa dalam sebuah seminar metafisika di Jakarta. Pembawa makalahnya adalah R Jacob Salatun, seorang mantan perwira tinggi TNI AU yang memang dikenal punya perhatian luas dalam hal kedirgantaraan, termasuk UFO.

Ada hal menarik yang kemudian diungkap selain mengetengahkan kasus serta sifat-sifat umum fenomena yang persisten, global, ganjil, imun terhadap pertahanan udara, dan aktivitasnya yang berpola dan bertahap. Itu adalah tentang jawaban dari pertanyaan Salatun kepada Prof Dr Joseph Allen Hynek ketika berkunjung ke Indonesia di akhir tahun 1976. Hynek tak lain adalah pakar astro fisika asal Universitas Northwestern, AS, sekaligus penasihat utama Pusat Intelejen Teknik Angkatan Udara AS yang pernah begitu dipercaya sebagai peneliti utama UFO di Amerika. Dia berkunjung atas undangan Menteri Luar Negeri (ketika itu) Adam Malik.

Sebagai tuan rumah dan counter-part, Salatun yang ketika itu Ketua Lapan bertanya, bagaimana pikiran Hynek pada waktu memulai tugasnya. Jawabannya ternyata diluar dugaan, terutama dilihat dari kemampuannya sebagai ilmuwan terkemuka, yakni bahwa dirinya mengira tugasnya menyelidiki piring terbang akan seperti penelitian ilmiah lainnya yang paling hanya memakan waktu satu-dua
tahun. Perkiraan itu ternyata meleset. Bahkan ketika proyek penelitian UFO ini dihentikan 22 tahun kemudian, pada 1969, jawaban atas teka-tekinya belum juga ditemukan.

"Bahkan sampai hari ini sekalipun, yaitu 52 tahun terhitung sejak 1947 keadaannya masih
status-quo," tandas Salatun.

Mantan Sekretaris Kastaf Gabungan TNI ini juga menambahkan, di dalam pandangan kolumnis fiksi-ilmiah terkenal Erich von Daniken, peninggalan kebudayaan kuno di Amerika Selatan sarat dengan relief maupun artifak lainnya yang menggambarkan kunjungan makhluk-makhluk dari luar bumi. Jika pandangan itu benar, maka fenomena UFO telah berusia puluhan abad!

Global dan ganjil


Dalam makalahnya yang berjudul 'Misteri Maraknya Manusia yang Diculik oleh Makhluk UFO dan Fenomena UFO', RJ Salatun juga memaparkan bahwa UFO telah disaksikan hampir di seluruh wilayah Bumi ini. Mereka berkali-kali nampak di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Asia, Afrika, Australia, Oceania, Arktika, dan bahkan Antartika. Menariknya, sejumlah negara besar memiliki kebijakan yang berbeda dalam mempublikasikan penampakannya.

Kejadian lucu misalnya terjadi beberapa tahun lalu ketika delegasi ilmuwan AS berkunjung ke Cina. Ketika perbincangan menyinggung masalah UFO, kedua negara pun saling bertukar cerita. Usut punya usut pemerintah Negeri Tirai Bambu ternyata memiliki kebijakan yang lebih terbuka. Ini nampak dari berita-berita kesaksian terhadap benda-benda terbang tak dikenalnya yang disiarkan secara bebas tanpa sensor.

Saling tukar cerita ini selanjutnya juga meredakan kecurigaan Cina. Pasalnya, pada tahun 50-an negara-negara Blok Timur mencemoohnya sebagai rekayasa negara-negara kapitalis untuk mengalihkan perhatian masyarakatnya dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Di lain negeri, mungkin karena begitu dahsyat keganjilannya, masalah UFO malah cenderung menjadi bahan tertawaan. Salah seorang pakar UFO dari Perancis misalnya, yakni Dr Jacques Vallee, malah menamakannya sebagai "pesta pora kemustahilan-kemustahilan" (festival of absurdities). Itu karena manuver-manuvernya seolah tak terpengaruh gravitasi maupun inertia, bisa berhenti mendadak di udara, berbelik haluan 180 derajad seketika, terbang zig-zag, dan lain-lain.

Kehebatan yang telah menghias majalah dan buku tersebut ternyata juga tak hanya disaksikan penerbang luar negeri. Seorang kolega Angkasa, dia adalah seorang penerbang tempur handal TNI AU, suatu ketika juga pernah memergokinya sekitar tahun 1995 di atas daerah Pameungpeuk Selatan, Jawa Barat.

"Saya tidak melihatnya secara visual namun radar kami menangkap gerakannya yang tak lazim," kata penerbang yang enggan disebut namanya ini. "Senior saya yang terbang bersama juga mengkonfirmasikan hal serupa. Tak ada pesawat tempur secanggih apa pun yang mampu bergerak seperti itu," tambahnya.

Ketika itu, ungkapnya, layar radar pesawatnya menangkap benda bergerak dari jarak sekitar 10 mil-laut. Dengan kecepatan yang begitu tinggi, mendekati kecepatan roket, dia mampu terbang zig-zag. Sebuah sifat wahana terbang yang belum mungkin dikembangkan manusia dengan teknologi paling mutakhir sekali pun.
Nampaknya sang piring terbang sadar jika dirinya tengah dikuntit. Selama beberapa saat hal itu dibiarkan saja. Namun ketika penguntitan ini berlangsung hingga Lampung Selatan, dengan kecepatan yang begitu
tinggi ia bergerak lalu hilang begitu saja dari layar radar.

Selain mampu bermanuver ganjil, UFO juga imun terhadap serangan udara. Diantara sekian pengusiran yang pernah dilakukan komando pertahanan udara sejumlah negara, yang menarik Indonesia termasuk pernah
melakukannya pula. Peristiwanya terjadi pada tahun 1964, yakni semasa Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Malaysia. Awal masalahnya adalah karena selama tujuh hari, selepas mahgrib menjelang subuh, Komando Sektor Pertahanan Udara di Surabaya memergoki UFO seakan tengah mengintainya.

Melalui sejumlah pertimbangan, UFO-UFO itu dihardik dengan tembakan meriam penangkis serangan udara. Gerakan mereka senantiasa dipantau radar. Uniknya, nampak di layar radar, bagaimana UFO-UFO itu membumbung tinggi setiap kali tembakan mengenai sasaran. Tidak ada yang jatuh. Kecuali di Surabaya, kasus penembakan UFO oleh artileri anti serangan udara juga terjadi di Kepulauan Kurillen yang dikuasai Soviet sekitar tahun 1950-an. Sama saja hasilnya, mereka seperti punya kekebalan terhadap senjata buatan manusia.

Nasib sial justru dialami penerbang MiG-21 AU Kuba. Merasa sudah memasuki jarak tembak, ia segera membidikkan rudal infra-merah K-13 ke arah sebuah piring terbang. Malang, entah mengapa, rudal tersebut justru meledak di bawah sayap dan meleburkan pesawatnya.

Pola operasi tertentu


Sejauh penelitian yang telah dilakukan, para ahli kemudian mencurigai bahwa kehadiran mereka seperti memperlihatkan sebuah pola atau paling tidak pentahapan tertentu. Seperti dikatakan Dr David R. Saunders, misalnya, UFO muncul bersamaan secara regional yang disebut gelombang UFO terjadi setiap 61 bulan atau 1.853 hari dan bergerak ke arah timur. Dikatakan pula, gelombang dari utara ke selatan bukan dalam garis lurus, tetapi agak miring.

Menurut Dr Hynek, UFO berasal dari suatu titik tertentu di langit. Aktivitasnya memperlihatkan pola operasi tertentu, mulai dari pengintaian umum (general reconnaisance) suatu daerah yang luas. Jika mereka menemukan sasaran-sasaran yang patut untuk diselidiki lebih mendalam, maka menyusullah pengintaian rinci dengan daerah yang kian menyempit selama anehnya genap tujuh hari.

"Dari reaksi UFO terhadap sergapan pesawat, bisa disimpulkan bahwa makhluk UFO mempunyai kemampuan berfikir yang melebihi manusia. Sementara jika melakukan pendaratan, mereka selalu menyempatkan diri memungut contoh-contoh mineral, flora, dan fauna, bagai seseorang yang sedang
mempersiapkan thesisnya untuk meraih gelar Ph.D," ujar Hynek.

Pola operasi UFO, masih menurut makalah yang disusun Salatun, juga menunjukkan skala prioritas tertentu. Prioritas pertama yang menjadi sasaran pengintaiannya, adalah segala hal yang berkaitan dengan tenaga nuklir. Baik itu pembangkit tenaga nuklir, gudang senjata nuklir, pabrik pengolahan dan pembuatannya, laboratorium, tambang-tambang bahan nuklir, hingga kapal selam nuklir.

Jatuhnya piring terbang di Roswell, New Mexico (1947) yang amat terkenal itu juga bukan suatu kebetulan jika didekatnya terdapat pangkalan udara tempat bermarkasnya Grup Pembom ke-508 AU AS yang nota-bene merupakan kesatuan udara pertama di dunia yang dilengkapi bom-bom atom. Sampai kini pun, UFO masih merupakan pengunjung setia pangkalan-pangkalan strategis yang memiliki kaitan dengan nuklir.

Sementara itu, prioritas kedua sasaran mereka adalah pusat-pusat perhubungan darat, laut, udara, dan pusat-pusat telekomunikasi. Dan, prioritas keempat aneh bin ajaib adalah badan air tawar, seperti danau, waduk, sungai, dan sebagainya. Menurut Hynek, kuatnya minat terhadap air tawar telah menjadi petunjuk kuat bahwa UFU bukan berasal dari Bumi. Dalam hal ini perlu kiranya dicatat, bahwa dalam kasus kunjungan UFO ke rumah Guntur Soekarnoputra di Jalan Sriwijaya Raya 24, Kebayoran Baru, Jakarta, yang terjadi pada tahun 1981, sasarannya tak lain adalah menara air yang diatasnya bertengger dua drum air tawar.

Selebihnya, yang merupakan prioritas keempat adalah contoh-contoh mineral, flora, dan fauna. Dalam perkembangannya sendiri, dalam dasawarsa terakhir telah terjadi pergeseran prioritas. Pengumpulan data biologis dan medis terutama dari manusia bumi yang diculik dengan paksa akhir-akhir ini rupanya telah menjadi prioritas pertama.

Berusaha menyikapi itu semua, Salatun kemudian bertanya kepada Hynek, persiapan mental seperti apa yang harus dilakukan guna menghadapi keganjilan-keganjilan fenomena UFO. Jawabnya, "Rajin-rajinlah menonton serial TV 'Star Trek'." (adr)

Source: http://www.angkasa-online.com/10/02/lain/lain3.htm

Studi Kasus: Pangkalan UFO di Danau Poso?

Pengantar:
Danau Poso merupakan salahsatu danau di Sulawesi yang spesial. Luasnya mencapai 800 km2, dengan kedalaman setara tiga kali kedalaman Laut Jawa.

Menurut masyarakat setempat, di danau ini juga hidup mahluk sejenis naga. Sedangkan menurut beberapa informasi lain, ada kemungkinan danau ini juga dikunjungi secara rutin oleh UFO.

Berikut ini beberapa cuplikan artikel:

"Water-happenings” in Indonesia
 Sumber: http://www.waterufo.net/item.php?id=403

Gordon Creighton

I am indebted to Mr. W. L. Tobing of Bandung, Indonesia, for this report of what looks like another underwater UFO "base". The account first appeared in the Indonesian-language journal Intisari, No. 78, of January 1970 (a well known popular science monthly published in Djakarta), the author being Mr. S. Kamah.

Is it possible that Lake Poso in North SULAWESI1 is a UFO base? The largest lake on the Island of North Sulawesi, it is about 800 square kilometers in area and is three times as deep as the Java Sea2. The pleasant town of Tentana lies beside the lake.

Not long ago, accompanied by Mr. J. Gintu, Chief of the District, Mr. S. Walenta, Member of the Poso Council, Mr. Togobu, Head of the Art and Culture Service, and Mr. Pobonde, Chairman of the Adat, Mr. Kamah made an investigation of the lake and its surroundings, for it is the belief of the local populace that something very mysterious is going on in the lake.

According to the account given to Mr. Kamah by the four above-named local officials, there has been some mysterious creature or phenomenon in the lake for the past five years. Until now they still have no idea as to whether this is some gigantic unknown beast or a ghost. What does seem certain is that, five years ago, a certain fisherman was fishing on the lake at midnight when he observed a vividly bright light in the centre of the Lake. At first the man thought it must be a petromax lamp used by some other fisherman. But then he observed that the light was moving from one bank of the lake to the other and back again, at times extremely rapidly. Then, at one moment, it came to a distance of only about 100 metres from him. This terrified him so much that he went off home at once.

When he first told the neighbours and villagers what he had seen, they all jeered and made fun of him. Until, about a week later, the light was also seen by other fishermen. Since then he light has been seen so often that it has come to be regarded as quite customary. Opinions among the populace vary greatly however as to what the explanation of the light could be.

The local District Chief, Mr. Gintu. said: "Until 1966 I did not believe this story that the people were
telling about the light in the lake. I thought it was just their superstitious talk. But, one night, at 9.00 p.m., as I myself was going home by boat, the sailors pointed out to me this vivid light in the middle of the lake. So I saw it for myself, and I saw that it moved with extraordinary speed from one shore of the lake to the other. An hour later, it approached our boat and came to a distance of only 20 metres from us. I stood watching
it very attentively. The water seemed to be bubbling. It seemed to be a body surrounded by light. Although I was able to observe it at leisure, I was never able to make out its precise shape.

On another occasion Mr. Gintu and his wife both saw it, quite close to them. Mr. Togobu also said that at first be had not believed the reports about the light, and thought it must be the flash of meteors falling into Lake Poso. But at last he saw the light for himself, and then he was forced to conclude that there must be some mysterious entity or creature in the lake.

Councillor Walenta said that he too had seen it. Mr. Pobonde said he had no idea what it could possibly be, but that in his opinion it was no ghost and no animal.Mr. Kamah ascertained that in the course of these five years the behaviour of the mystery light has changed. For example, whereas to begin with it was always seen in or on the lake itself, it has now begun to be seen flying around over the fields and hills around the lake and
then plunging back into the lake. Moreover, there is now no longer only one light. Sometimes there are three of them.

This reference (original): FSR Case Histories (v.1 to v.18 complete) April 1971, p.7, ©1970

Monster (semacam) Lochness?
Sumber: http://hikmatdarmawan.multiply.com/journal/item/21

Salah satu milik bersama rakyat Poso adalah Danau Poso. Di tepi danau inilah festival budaya seringkali diadakan. Danau ini memberi sensasi unik bagi rombongan kecil kami dari Jakarta. Di tepi danau, kami menatap debur ombak menghantam pantai dengan keras. Kami datang di saat musim ombak. Ombak?
Pantai? Ya, danau ini bak laut saja tampaknya. Tapi begitu angin tenang, ombak reda, dan saya memberanikan diri masuk danau airnya tawar! Maka percayalah kami, ini memang danau.

Ternyata danau ini menyimpan legenda besar. Orang sekitarnya menyebut itu legenda “lampu danau”. Heh, rasanya culun memang nama ini. Setiap malam, selalu ada cahaya yang hilang timbul sepanjang malam, yang berjalan cepat di beberapa bagian danau. Cahaya itu kecil saja. Saya melihatnya, dan kalau tak diberitahu Jimi, pasti saya mengira itu lampu kapal nelayan. Jimi menerangkan mengapa itu tidak mungkin. Kebetulan memang saat saya menyaksikan itu, ombak sedang besar dan hujan membungkus danau. Gerak-geriknya
juga, menurut Jimi, tak serupa dengan gerak-gerik boat. Lagipula kadang cahaya itu berpendar kuning, kadang berpendar biru.

Dalam bahasa awam orang sekitar, “lampu” itu dipercaya bagian tubuh seekor naga. Entah matanya yang menyala, atau mungkin kulit tubuhnya yang barangkali terlapis fosfor. Lho, apa hubungannya cahaya itu  dengan naga? Apa ada penampakan? Saya banyak disaran untuk mengobrol dengan orang-orang tua yang tinggal di kampung-kampung sekitar danau. (Sayang saya tak punya waktu banyak di sana!) Penampakan terakhir, kata Jimi, pada 1986.

Waktu itu, penduduk salah satu kampung di tepi danau Poso melihat sesuatu yang berenang melintas danau di siang bolong. Mereka mengira itu kijang, karena kijang dikenal sebagai perenang yang tangguh. Dengan antusias mereka ramai-ramai ke perahu motor mereka, mengejar “kijang” itu. Sekitar 20 m. dari si makhluk (perahu paling depan malah hanya sekitar 10 m. dan awaknya sudah bersiap menombak makhluk itu), terlihatlah oleh mereka bahwa makhluk itu sama sekali bukanlah kijang!

Makhluk itu, kata sebagian orang, berkepala seperti kuda. Tubuhnya menjulur seperti ular raksasa, hilang timbul meliuk-liuk di permukaan danau. Para penduduk kampung itu pun bubar dengan panik, terbirit-birit kembali ke tepi. Untuk beberapa saat, sang makhluk itu berenang dengan gemilang di siang bolong itu.

Saya tentu saja terpana. Apalagi ketika Jimi bilang bahwa salah satu cara untuk memancing “lampu danau” agar menampakkan cahayanya adalah dengan menyalakan lampu motor dan menderamkan mesin motor kita ke arah danau. Saya teringat pada sesuatu yang saya baca sewaktu kecil: monster danau Lochness! Seingat saya, salah satu yang konon memancing keluar si Nessie (panggilan akrab sang monster) adalah memang lampu dan deram mesin motor.

Dari sejumlah karakter danau Poso yang saya dapati saat itu, memang banyak persamaannya dengan danau Lochness. Danau Poso terletak di pulau dengan kontur berbukit-bukit seperti lingkungan Lochness di Skotlandia sana. Luas danau Poso adalah 39 X 12 km. Volume airnya lebih besar daripada danau Toba,  karena danau Poso tak punya pulau di tengahnya seperti Toba. Menurut Fadian, ada penelitian yang mencatat bahwa di danau Poso ada palung dengan kedalaman mencapai 1300 m.

Salah satu teori tentang monster Lochness adalah ia/mereka merupakan makhluk yang tinggal di laut dalam, dan sesekali masuk ke danau karena ada semacam terowongan di kedalaman danau itu yang menghubungkan Lochness dan laut. Saya tanya kemungkinan itu kepada Jimi. Ia bilang, mungkin saja. Ia ingat, kakaknya pernah membuat skripsi tentang temuan sejenis ikan purba di danau Poso. Penduduk setempat menyebutnya ikan Bongo, berbentuk seperti ikan gabus.

Kakak Jimi mendapati info tentang ikan Bongo (dan mendapati bahwa ini sejenis ikan purba) dari sumber yang jauh dari Poso: di perpustakaan IPB, dan dari sebuah dokumen penelitian yang dikirim dari Jepang. Menurut dokumen itu, ikan Bongo sama dengan ikan Putri (terjemahan dari nama Jepangnya) yang di Jepang sendiri telah punah. Nah, pernah ketika sebuah gunung di dekat laut meletus, ikan-ikan Bongo di danau Poso tampak bermatian karena panas. Jangan-jangan, kata Jimi, memang ada semacam terowongan di kedalaman danau Poso yang terhubung ke laut.

Wah! Ini sebetulnya bisa jadi bahan penelitian yang menarik. Saya ingat, legenda Lochness ternyata bukan eksklusif milik danau Lochness. Di seluruh penjuru dunia, di danau-danau dengan karakter serupa Lochness,
penampakan serupa Nessie memang sering dilaporkan. Saya lupa, apakah dulu danau Poso disebut-sebut juga dalam soal ini. Teman saya serombongan dari Jakarta, Indrajati dari Yayasan ARTI, mengomel akan
tiadanya di Indonesia minat meneliti danau sedahsyat Poso ini. Saya mendesah, dan sepakat.

UFO Deep in The Jungle
Source: http://www.ufoinfo.com/sightings/indonesia/040600.shtml

Location: indonesia

Date: 3 am deep in the jungle

Approach Direction: in front of us

Departure Direction: above us

Witness Direction: same position

Description: enormeous craft with tremendous lights blinding lights and hover above us and disappear at extremely high speed

Color/Shape: lights were so intense it seems it was day light

Height & Speed: 100 metres coming at us at 25 miles an hour and disappears at 10000 miles or more an hour

TV/Radio/Press: no it was deep in the jungle

Follow-up information from Brian Vike:


Dear Mr. Brian Vike,

It is a strange event that happened, during the encounter with the craft (UFO). When we saw it we were dumbfounded, it took us at least twenty minutes to realize what we saw, then we went on with our lives. Then me and my friends sometimes talk about it until suddenly it hit me, my God, we have seen an UFO, a real one. So I decided to write to you and will explain it to you.

It was deep in the jungle on top of a mountain next to a series of lakes in central Sulawesi in Indonesia. My friend and I, we went there to a mining site for business-one night. We went out and on the way back to the mine at around 2:30 am, alone on the asphalt road we saw lights coming at us, very strong white lights. We immediately thought it is an airplane, but at this time of the night and this place, and flying so low, it could not be an airplane. There was absolutely no sounds and the night was beautiful and clear. Also the trajectory of this craft was like nothing we have ever seen. So then we thought, oh, it's a helicopter. But no helicopter in the world has such lights and with no sound whatsoever, even in such a remote place and at this time. Also it flew like a plane but hovered like an helicopter with extremely intense lights, so we thought it must be a human craft because human need lights in the night, but this light was extreme.

It was like a series or rows of projectors in front of this craft, at about one hundred meters in front of us traveling at a speed of 25 miles an hour. We also were in the car and traveling with open windows. When we saw it, we reduced speed as it flew right toward us. It was like the craft was following the road, yet still coming toward us and then it turned slightly right above us. The light became more intense on every side, then it suddenly took off at an enormous rate of speed and disappeared, with no lights, it just vanished. Also there was no hills and it could not have vanished just like that. The size of theobject was maybe fifty meters and it was the size of a Boeing Jetliner.

The next day we asked if there are planes landing, no planes at all and also not every day of the week and surely only twice a day morning and afternoon but not at 3:00 am in the morning. If you ask me what this craft was doing there, there is no question that for sure it is around there often, and for sure it must have a resting place. But it was not at all hostile. It was as surprised as us to see us there in front of each other now. I just remembered our car had very bad light so our car lights were very dim, so it was not afraid of us. But for sure it has identified us before, we did it so there are some more information tell you later some more must recollect the facts. I don't know how to do a diagram on the com I am not good enough with computers.

Analisis: Dari banyak laporan sighting, danau-danau dengan air sangat dalam, seringkali menjadi tempat favorit kemunculan UFO. Salahsatunya bahkan pernah tertangkap kamera ketika sedang dalam posisi setengah tenggelam di perairan danau Cote, Costa Rica, Amerika Selatan, 1971, sehingga menyiratkan adanya sesuatu yang spesial berada di dasar danau tersebut.

Bagaimana dengan Danau Poso? Apakah ia memiliki pangkalan UFO di dasar danaunya? (bay)

Studi Kasus: Keterlibatan USO dalam tenggelamnya KM Lintas Samudera di laut Banda, Sulawesi Tenggara

Pengantar:
Berikut ini laporan mengenai penampakan USO (Unidentified Submersible Object) - Benda Selam Tak Dikenal, di sekitar laut Banda. Konon, menurut beberapa korban tenggelamnya kapal KM Lintas Samudra, mereka menyaksikan fenomena yang sama sesaat sebelum kapal tenggelam (ditenggelamkan?).

Cuplikan berita asli:
Submitted by: Dahono F. - Semarang, Central Java Indonesia
Date: 2/5/2000 - Time: 5:22 AM EST
Subject: Unexplained Event, UFO Sightings
Location: Sea of Banda & it's vicinity
Date: 01/15/2000 - Time: 04:00 AM
Country: Indonesia - Seas around the islands of Moluccas and Irian/Papu
Number of witnesses: 4 maybe 6
Objects Shape: Light
Number of objects: 20 to30
Object had lights
Object emitted beams of light
Event Description: 3/04/00

Actually, it was my cousin's experience. I told him to tell other people to look for an explanation of this event but he doesn't want to and he doesn't dare. So I finally write to this website to look for answers.

He was on a cargo-ship crew that serve the sea lines between Surabaya, Ujung Pandang (Makassar) and the cities in Iran Java (Sorong, Manokwari, Nabire). During the predawn morning on January 15, at about 04:00 A.M. he told me that he and his fellow crewmen saw strange shapes of lights from under the sea. At first there's only two of them right in front of the ship. Then suddenly these two lights moving fast toward the ship and stop right beside the ship. One on each side of the ship. As soon as they stop, suddenly many more of these things lights-up, just as somebody has turned on the lamps from the bottom of the sea. They were shapeless, just like figures of islands on the maps. These shape of lights were scattered on the area 1.8 km in diameter. The outside boundary of the area they occupied formed an oval shape. No sounds were heard. And they just stand there and do absolutely nothing until the ship passing them by. The lights was white just like a TL lamp, neon lamps.

My cousin told me that he never saw anything like it. But his friend did see this things just one month earlier. The location is nearby, eastward from the first location. His friend was during the trip toward city of Manokwari. He saw the same lights under the sea but in different formation. These ones form a long line formation just ahead the boat. When the boat he was in trying to turn back to avoid crash with these things, suddenly the same lights formed the same formation just behind the boat. The boat was lifted up a bit when hit these lights. Next thing the boat turn right and escape from both the lights formations.

The last sighting was when the KM Lintas Samudera (a passenger ship) was having an accident in the Sea of Banda on the Moluccas. Some people were killed during the accident (I don't recall the number of casualties but you can check it out on the local and national newspaper on 22-30 January 2000. one of them that I read was Jateng Pos dating Friday, 28/01/00). Some survivors told that before the ship was sunk, there was two shape of lights from under the water moving fast toward the ship and crash the ship. The ship was later found in the beach of nearby island.

I'm very eager to look for an explanations of this phenomena. My cousin and I have some thoughts that maybe the lights was generated by some underwater creatures as fishes, sea-eels, or maybe giant octopuses. But if they were so, why didn't they make a movement (On my cousin's sighting). And how did they turn-on and off the lights they generated? As far as I know, some undersea creatures can generate electricity and lights, but if they do, won't they always have lights? and unable to turn it off?

Second thought was that it was A gigantic nuclear-submarine. Well, who knows that the riots happens in the Moluccas Island was related to these submarines that was on a such stealthy mission to drop weapons on the islands? (well,maybe it's too delusional and paranoid). But the lights generated by the nuclear reactor on the subs by processes called Cerenkov radiation could form that lights, isn't it? But if they were a submarine, what kind of submarine has a diameter 1.8 km? And how it could change shapes?

Please, I'm looking forward for explanations.

My cousin is the 3rd engineer on the ship of KM Sidu Arsi, a cargo ship belongs to PT. Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) that serve the route Surabaya-Makassar-Irian. You can check it out.

Sumber: http://mysticaluniverse.com/ufos_aliens/ufosightings/australia/scotland/malaysia/indonesia.html

Cuplikan Berita Koran (translated):
SAR has found the ruin of KM Lintas Samudera that sank in the sea around the Cape Taipa, South-East Sulawesi (Celebes), on the early dawn of Sunday, but they found no trapped passenger inside the ship. The ruin of the 15 GT tonnage ship were found floating on the coastal area of Taipa and now has been pulled aside to the Metui Village. Said the Chief of Southeast Sulawesis District Office of Dept. of Transportation whom also the Coordinator of SAR team, Ir. Mawardi Yusuf in Kendari this afternoon.

The KM Lintas Samudera sank on its way from Molore in the Sultra (South-east Sulawesi)-Sulteng (Central Sulawesi) province border to Kendari, caused by huge-hard sea waves. In the accident, 7 were killed, 42 were survived and unknown were missing.

According to Mawardi, the join SAR team helped by the local fishermen now keep trying to search the missing passengers by searching along the coasts and small islands where it assumed that the survivors could have landed. There's very little chance that the missing passengers would be found alive, because beside it is already more than 3 x 24 hours, the ships was not equipped with life jackets.

We don't know the certain number of the missing passengers in the accident, we even do not know the certain number of the whole passengers aboard that ships because the captain of the ship didn't have any passengers manifests. said Mawardi. But for now, the information of the number of missing passengers holds by the SAR team to be the basic of the search ,come from the survivors that confess that six of their familiy members who were aboard the ship still havent found yet.

Among the six missing passenger is the father, mother and sister of a child name Yana (6 years old). The fathers name was Awan (35), mothers was Siti (30) and sisters was Lilis (10), all came from the Pondidaha District, Municipality of Kendari. That poor little child is now being kept by the Children Shelter House belongs to the local District office of Dept. of Social. Many people of Sultra were touched by the accident and is interested to keep and look after the child, among them is the Commander of Kendaris Naval Base Col.(P) R Budi Hardjo.

Some survivors, most of them are transmigrants, of UPT III and IV in Hialu, District of Asera, Municipality of Kendari explain that beside the big-waves, the ship sank because it collided with some kind of strange creature. I saw it myself, the ship was hitting something like a boat which have three beams of bright lights. People say that it was the giant octopussy, that according to people, there are many of them in the sea of Cape Taipa. Said Sukaryo, one of the survivors.

In the first month of the year 2000, this is the second accident of sunk ships. The first, in the early January, is the KM Mutiara in the sea of Municipality of Muna, that caused 7 out of 41 of its passengers were killed.(an/tim). That was my own free-translation of the news published in Jawa Pos on January 26,2000. Jawa Pos is the national newspaper that has the central office in Surabaya, East Java. Maybe you could look further for the news recorded by the local newspapers that closer to the location of accident.

Sumber: http://mysticaluniverse.com/ufos_aliens/ufosightings/australia/scotland/malaysia/indoupdate.html