Selasa, 04 September 2012

Kemungkinan adanya mahluk cerdas serupa manusia sebelum Nabi Adam AS menurut tafsir Quraish Shihab

Earth from Space
Earth from Space (Photo credit: Wikipedia)
Adakah mahluk cerdas di dunia ini sebelum Adam AS diciptakan? Tentu saja, karena sebelum menciptakan Adam AS yang kita percayai sebagai manusia pertama, Allah SWT telah terlebih dahulu menciptakan Malaikat, dan Jin, yang keduanya memiliki kemampuan berpikir, dan tingkat intelegensia tinggi. Adapun pertanyaan yang sulit terjawab adalah, adakah mahluk cerdas serupa manusia yang pernah Allah SWT ciptakan sebelum Adam AS?

Pertanyaan ini muncul kala kita meninjau surat Al Baqarah ayat 30 (QS 02:30) dimana di dalamnya termuat kisah mengenai dialog antara malaikat dan Allah SWT, yang menyiratkan kekhawatiran malaikat akan sifat manusia terkait penugasannya sebagai khalifah di muka Bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS 02:30)
Adapun ungkapan yang terlontar dari malaikat tersebut menyiratkan seolah malaikat bisa menebak bagaimana sifat-sifat dari mahluk yang akan Allah ciptakan dan jadikan khalifah ini, sementara saat dialog berlangsung pengukuhan status khalifah dari manusia ini sudah dicanangkan, tapi belum dilaksanakan. Adapun manusianya sendiri (Adam AS) belum (atau baru saja) Allah ciptakan, sehingga cukup membingungkan bagaimana malaikat bisa dan berani menebak sifat dari mahluk baru ciptaan Allah ini. Apakah malaikat memiliki kemampuan meramal, atau mereka sekedar melakukan stereotyping?

Dalam menjawab pertanyaan ini, maka tafsir Al Misbah tulisan Quraish Shihab bisa memberikan petunjuk yang menarik, khususnya dalam penafsiran surat Al Baqarah ayat 30 (QS 02:30) tersebut, sebagai berikut:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan khalifah di dunia" demikian penyampaian Allah SWT.  Penyampaian ini bisa jadi setelah proses penciptaan alam raya dan kesiapannya untuk dihuni manusia pertama (Adam) dengan nyaman. Mendengar rencana tersebut, para Malaikat bertanya tentang makna penciptaan tersebut. Mereka menduga bahwa kahlifah ini akan merusak dan menumpahkan darah. Dugaan itu mungkin berdasarkan pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia, dimana ada mahluk yang berlaku demikian, atau bisa juga berdasar asumsi bahwa karena yang akan ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat, pasti mahluk itu berbeda dengan mereka yang selalu bertasbih menyucikan Allah SWT. 
Namun demikian Quraish Shihab juga mengutarakan bahwa mungkin saja malaikat berlaku demikian berdasar poses penalaran sebagai berikut:
Pertanyaan mereka itu juga bisa lahir dari penamaan Allah terhadap mahluk yang akan dicipta itu dengan "khalifah". Kata ini mengesankan makna pelerai perselisihan dan penegak hukum sehingga dengan demikian pasti ada diantara mereka yang berselisih dan menumpahkan darah. Bisa jadi demikian dugaan malaikat sehingga muncul pertanyaan mereka.
Adapun kemungkinan telah adanya mahluk cerdas di Bumi sebelum Adam AS, disiratkan dari pemberian istilah "khalifah" itu sendiri:
Perlu dicatat bahwa kata "khalifah" pada mulanya berarti "yang menggantikan" atau "yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya". Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan2-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan mahluk lain dalam menghuni bumi ini.
Jadi jika mengacu pada tafsir dari Quraish Shihab tersebut, maka surat Al Baqarah ayat 30 ini bisa jadi memang menyiratkan kemungkinan pernah adanya mahluk ciptaan Allah yang malaikat ketahui memiliki kebiasaan menumpahkan darah dan membuat kerusakan; dengan wujud yang mirip Adam AS sehingga memungkinkan malaikat untuk langsung melakukan asosiasi dan stereotyping; dan dengan tanggung-jawab yang setara (khalifah), di tempat dan waktu lain, sehingga malaikat merasa wajar untuk menyandingkannya dengan Adam AS.

Berdasarkan penelaahan akar kata "khalifah" itu sendiri tersirat makna bahwa mahluk mirip Adam AS ini memiliki kapasitas untuk memimpin, melerai perselisihan dan menegakkan hukum; yang semuanya adalah karakter dari mahluk cerdas.

Kemudian berangkat dari asal kata "khalifah" sebagai pengganti dari mahluk lain yang menghuni Bumi, menyiratkan arti bahwa sebelum Adam AS turun ke Bumi, Bumi telah memiliki penghuni, namun apakah penghuninya ini mahluk cerdas, atau mahluk serupa manusia tidak dijelaskan di ayat ini.

Adapun mengenai pendapat bahwa kemungkinan Malaikat berujar demikian karena mereka memiliki kemampuan melihat ke masa depan, dan memiliki akses ke kitab Lauh Mahfuzh, tidak disinggung sama sekali dalam tafsir ini, sehingga muncul suatu indikasi bahwa memang Malaikat tidak memiliki kemampuan sedemikian.

Jadi apakah betul ada mahluk cerdas serupa manusia, sebelum Adam AS diciptakan? Menurut penafsiran Quraish Shihab atas ayat ini kemungkinan besar iya. (byms)

Referensi:
01. M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Buku 1, hal 172-173

Enhanced by Zemanta