Senin, 25 Januari 2010

Ufologi dan Telepati

Menurut Clifford Stone, Ufolog yang pernah terlibat dalam Project Moondust untuk mengevakuasi UFO yang jatuh, mayoritas para Ufonauts berkomunikasi secara telepati. Telepati itu seperti berbicara pada suara-suara di kepala anda; perlu latihan untuk bisa menyaring mana yang self-thought dan mana yang berasal bukan dari diri kita sendiri. Stone sendiri berujar bahwa kemampuan telepati tidak bisa diajarkan, jadi kalau nggak punya, ya nggak bisa. Maka dari itu mereka yang memiliki kemampuan telepati biasanya memiliki kemungkinan yang besar untuk dijadikan contactee atau penghubung dari ras-ras Ufonaut, dan jika seseorang telah ditunjuk untuk menjadi contactee untuk suatu ras Ufonaut, biasanya ia hanya akan berkomunikasi dengan ras tersebut dan mengalami encounter dengan UFO maupun perwakilan ras-ras ini jauh sejak masih berusia sangat muda.

Telepati sendiri, bekerja dalam suatu sistem yang masih sangat asing bagi dunia ilmu pengetahuan, namun satu hal yang pasti, ia ada. Jika apa yang Stone katakan benar adanya; dan yang rekan-rekan Metafisikawan benar kabarkan, bahwa para Ufonaut ini banyak yang bersifat energi daripada fisik; berarti para Ufolog mau tidak mau harus mempertimbangkan ESP (Extra Sensory Perception) sebagai salahsatu bidang studinya, sehingga pendekatan penelitiannya harus tidak dibatasi semata-mata para tools yang terkait teknologi.

Namun hal ini tentunya tidak tanpa resiko. Penerimaan Ufologi akan materi metafisika di sisi lain akan membuat penyematan status Ufologi sebagai pseudo science semakin menebal di mata para ilmuwan konvensional.

Namun kalau kita mau turut mempertanyakan, betulkah hal-hal terkait supranatural, parapsychology, psychic phenomena, metafisika, semuanya adalah sekedar mistik dan tidak memiliki landasan ilmiah? Mungkin belum, tapi nyatanya ada, berarti ilmu pengetahuanlah yang belum bisa mencapainya. Sudahkah ilmu pengetahuan mampu menjelaskan akal-pikiran (mind), kesadaran (consciousness), dan nyawa (soul)?

Sanggupkah kita menutup mata bahwa manusia itu lebih dari sekedar sistem biologi maupun fisika? Bahwa ada atribut-atribut lain dan dimensi-dimensi lain dari manusia yang lebih dari sekedar logika dan rasionalitas pikiran? Bahwa manusia adalah sekedar bentuk fisik dari suatu energi yang kita kenal sebagai nyawa?

Jadi dengan resiko Ufolog akan semakin dianggap "weirdo", maka kalau studi tentang ESP ini bisa meningkatkan pemahaman atas fenomena UFO, dan manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya, kenapa nggak?

ESP - Apa yang harus dipelajari

Dari sekian banyak skill yang terdeteksi berada dalam ranah ESP, maka kelihatannya Telepati adalah yang paling penting untuk dikembangkan. Telekinetik is cool, tapi aplikasi dalam Ufologinya relatif kecil; sedangkan Clairvoyance atau Precognition membantu memperkuat firasat tapi tidak terkait secara spesifik kepada Ufologi. Dan walaupun menurut Stone kemampuan telepati itu is either we born with or without, tapi banyak pelatihan di dunia ini yang bisa membantu kita untuk meningkatkan kesadaran dalam level pikiran yang berbeda, termasuk kemampuan telepati ini. Jadi mungkin walaupun kemampuan telepatik anda tidak akan pernah bisa sekuat para chosen contactee, anda tetap bisa mengasahnya ke tingkat yang maksimal berdasarkan modal yang anda miliki. Jangan lupa, latihan dan pembentukan yang rutin adalah lebih berharga daripada bahan baku bagus yang tidak diolah. (bay)

n.b: Ada satu freeware menarik terkait pelatihan Telepati disini. Ada yang sudah pernah mempraktikkan? Silakan di-share disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar