Rabu, 03 Maret 2010

Pseudoscience Dan Pendiskreditan Ufologi

Menyangkut tulisan "pelurusan" persepsi mengenai penyematan istilah "pseudoscience" pada Ufologi di Kompasiana, ternyata mas Nur dari BETA-UFO ikutan berkomentar disana. Dalam pandangannya, tidak apa-apa istilah ini dipakai, karena Ufologi memang "pseudoscience".

Terhadap komentar mas Nur ini saya rada kaget, tapi nggak heran sih sebenarnya, karena dulu pun kejadian yang sama terjadi di milis BETA-UFO waktu ybs menyatakan kalau penyelidikan sighting dalam Ufologi itu nggak penting. Ya tentunya tidak apa-apa berbeda pendapat, asal jangan salah paham saja. Karena dari itu pula lah maka saya yang masih muda dan lantang waktu itu langsung menyuarakan pendapat saya, apalagi saat itu saya sedang getol-getolnya menyelidiki masalah UFO sighting disana-sini. Saya yang sekarang relatif nggak terlalu muda, juga tetep menanggapi komentar mas Nur tersebut dengan lantang; supaya jangan ada salah paham, dan kalaupun ada input pemikiran yang menarik, tinggal sayanya yang merubah pendirian. Gampang kan? Nah beginilah pendirian saya dalam ulasan rada lengkapnya.

Ufologi Bukan Pseudoscience

Memang betul dalam terminologi ilmiah, "pseudoscience" adalah istilah untuk bidang-bidang penelitian yang disusun tidak berdasarkan metodologi ilmiah yang valid. Termasuk dalam hal ini, pijat refleksi, tenaga dalam, telekinesis, dan Ufologi.

Namun masalahnya, Ufologi bukan ilmu yang disusun karena metodologi penelitian yang salah, atau tidak scientific, tapi dalam 60an tahun keberadaannya Ufologi tidak sekalipun pernah bisa mengeluarkan klaim yang didukung dengan bukti fisik. Hal ini menyebabkan, penelitian di bidang Ufologi tidak / belum bisa mengikuti standar praktik ilmu sains lainnya, bukan tidak mau atau menolak. Karena itu pulalah Ufologi bukan sains "jadi-jadian", namun lebih kepada bidang penelitian yang menggunakan metode-metode tidak baku. Dengan demikian, "pseudoscience" yang berkonotasi negatif tidaklah tepat disematkan pada Ufologi.

Ditambah dengan sangat tingginya kualifikasi ahli-ahli Ufologi terkemuka, maka penyematan status "pseudoscience" pada Ufologi adalah hal yang menyesatkan. Adalah tugas kita para peneliti fenomena UFO untuk membangun profile yang benar. Tidak menciptakan profile yang tinggi dan eksklusif (high profile), tidak juga merendahkan diri dan tidak berani mengangkat kepala (low profile), tapi menciptakan profile yang benar dan sesuai (correct profile); bahwa Ufologi adalah studi terhadap suatu masalah yang valid.

Mengapa Mendiskreditkan Penelitian UFO?

Lantas mengapa masih banyak orang, terutama ilmuwan dari kubu orthodox menganggap Ufologi sebagai pseudoscience? Dan selalu menuntut claim yang disertai bukti, hasil pengujian, dan lain-lain baku untuk menerima Ufologi sebagai suatu bidang keilmuan yang valid? Hal ini terjadi justru karena mereka tahu, Ufologi tidak akan pernah bisa mengajukan bukti tersebut. Para Ufolog tidak akan pernah bisa menghadirkan UFO utuh untuk diselidiki silang oleh ilmuwan di bidang lain, jikapun dapat, akan muncul dugaan kalau UFO tersebut sengaja dibuat untuk mengelabui; jikapun berhasil ditangkap dalam kamera atau video, maka akan muncul masalah kredibilitas si pelapor sekaligus tuduhan bahwa gambar tersebut adalah rekayasa; jika berhasil mengajukan dokumen resmi pemerintah, maka pemerintah akan menyangkal keterlibatan, atau dokumen tersebut dianggap palsu.

Walaupun alasan pembuktian tersebut terkesan valid, namun tidak bisa dipungkiri bahwa sepertinya penyematan pseudoscience pada Ufologi memang memiliki tujuan untuk mendiskreditkan dan menghambat penelitian di bidang ini. Mengapa? Ada beberapa hipotesa:
  1. Menghindari gangguan terhadap sains baku
    Hukum-hukum Fisika yang kita kenal, menyatakan perjalanan antar planet adalah tidak mungkin, daya tahan manusia dalam manuver adalah 9G, itupun untuk pilot terlatih; sedangkan ada dugaan kuat kalau UFO tidak berasal dari Bumi, dan mereka banyak terlihat melakukan manuver ekstrim yang diperkirakan bisa menciptakan tekanan hingga 25G. Jika ternyata mereka benar berasal dari angkasa luar, dan ada sistem propulsi secanggih tersebut, maka banyak ketetapan-ketetapan ilmiah yang harus ditinjau ulang -- tanpa clue yang seharusnya itu gimana. Ilmuwan akan terlihat buruk kalau mereka clueless, jadi lebih mending deny saja mati-matian.

  2. Alasan strategis keamanan negara
    Komunikasi, apalagi kerjasama, dengan pihak UFO bisa mengikutsertakan terjadinya transfer teknologi. Teknologi ini bisa dipakai untuk mempercanggih perangkat teknologi yang telah kita miliki, termasuk sistem persenjataan. Keunggulan persenjataan tidak bisa dipungkiri adalah hal yang sangat penting dalam hal keamanan negara. Jika rahasia bahwa UFO betul ada dan kerjasama telah dilakukan ini terkuak, maka negara-negara lain akan menuntut agar teknologi Alien tersebut dibagikan juga demi alasan kemanusiaan. Jadi phak berkuasa lebih memilih tutup mulut, dan menyangkal mati-matian.

  3. Memperlambat penemuan kenyataan
    Keberadaan UFO di Bumi, dan berasal dari peradaban yang jauh lebih maju atau lebih kuat, bisa mengakibatkan histeria massa, karena reaksi standar manusia saat menghadapi ancaman adalah takut, dan bereaksi berlebihan. Karena itu diperlukan adanya pengaturan terhadap cara penyampaian informasi agar reaksi masyarakat lebih terkendali. Dari informasi para whistleblower, dan informan anonim dari dalam badan pemerintahan terkait penyelidikan UFO, sebenarnya upaya untuk mengabarkan keberadaan UFO ini telah direncakanan sejak puluhan tahun lampau, namun kelihatannya menghadapi hambatan dari mereka yang melihat UFO sebagai topik terkait keamanan negara
Menilik hipotesa-hipotesa tersebut, maka ada dugaan kuat kalau penyematan status "pseudoscience" lebih memiliki alasan politis daripada scientific. Karena nyatanya, bagi mereka yang open-minded, maka setinggi apapun pencapaian mereka di dunia sains, posisi mereka di pemerintahan, ancaman dan pendiskreditan yang mungkin mereka terima, tidak lantas menghalangi mereka untuk meneliti masalah UFO ini.

Berikut ini data diri singkat beberapa Ufolog kenamaan di Dunia:
  • J. Allen Hynek - Doktor di bidang Astrophysics, Professor di Ohio State University, Professor sekaligus chairman di Departemen Astronomi di Northwestern University
  • Jacques VallĂ©e - Doktor di bidang Computer Science, Astronomer yang juga salahsatu pengembang ARPANET, cikal bakal Internet masa kini
  • James E. McDonald - Doktor di bidang Meteorologi, Professor di University of Arizona
  • Kevin D. Randle - Kapten di AD AS, Doktor di bidang Psikologi, Master di bidang Art of Military Science
  • Nick Pope - Senior Executive Office di UK’s Ministry Of Defense (MOD)
  • J. Salatun - Mayjen AURI, pendiri sekaligus direktur LAPAN
Menilik kredibilitas para penelitinya, masih berpikir Ufologi itu "ilmu-ilmuan"? (bay)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar